Kisah Kasih Korupsi Hatta Rajasa – M Riza Chalid di Petral Bagian 1
Dalam sebuah diskusi bertema anti korupsi yang diselenggarakan KPK pada
tahun 2012 lalu, seorang peserta bertanya siapa orang terkaya di
Indonesia dan dari mana kekayaannya itu diperolehnya?
Panelis narasumber diskusi menjawab :”Konglomerat Indonesia terkaya
sesungguhnya adalah Muhammad Reza Chalid. Penguasa bisnis migas
Indonesia. Mengenai asal kekayaannya apakah dari korupsi atau tidak,
kami pikir KPK yang lebih tahu”.
Mayoritas peserta diskusi terlihat bingung karena nama Muhammad Reza
Chalid atau Pak Muh, asing di telinga mereka. Mungkin sempat terpikir
mereka, narasumber diskusi sekedar bercanda. Harus diakui, sepak terjang
Pak Muh di kancah permigasan Indonesia sangat rapih, tertutup rapat dan
tak terendus publik. Sangat sulit mencari informasi atau dokumentasi
mengenai kegiatan bisnisnya.
Korupsi Zatapi US$ 45 juta
Sebagai penguasa bisnis perminyakan Indonesia, pengaruh Pak Muh di pusat
pemerintahan, Cikeas, Kementerian ESDM, Pertamina, SKK Migas dan
terutama Petral sungguh luar biasa. Sudah banyak pejabat tinggi negara
tumbang disingkirkan karena menghalangi agenda Pak Muh ini. Jenderal
Pol. Purn. Sutanto, mantan Kapolri, disebut – sebut dicopot dari Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) dan Komisaris Pertamina hanya gara – gara
menghambat rencana Pak Muh menempatkan kaki tangannya Hanung Budya dan
Crisna Damayanto sebagai Direksi Pertamina. Sutanto, selaku Kepala BIN
tidak bersedia terbitkan ‘Clearence Letter’ atau surat bersih diri
sebagai syarat diloloskan menjadi direksi Pertamina. Sutanto menolak
Hanung Budya dan Crisna Damayanto karena keterlibatan mereka dalam
korupsi pengadaan BBM impor ‘Zatapi’, yang dilakukan oleh salah
perusahaan milik Pak Muh pada Desember 2007.
Awalnya Impor minyak mentah jenis baru, Zatapi, diklaim PERTAMINA
berhasil menghemat devisa negara sekitar 3,6 juta dollar AS atau Rp. 40
miliar. Penghematan lumayan besar di tengah gejolak harga minyak mentah
dunia saat itu yang menembus angka di atas 100 dollar AS per barel.
Berdasarkan evaluasi tender yang direkayasa, harga minyak mentah Zatapi
diklaim lebih murah US$ 6 ketimbang minyak mentah jenis lainnya. Klaim
harga lebih murah itu disampaikan anak buah Pak Muh, Irawan Prakoso yang
juga menjabat sebagai Managing Director Global Energy Resource Pte Ltd.
Pengadaan minyak mentah jenis baru Zatapi yang diimpor Pertamina pada
Desember 2007 sebagai tindak lanjut tender pengadaan BBM Impor yang
dimenangkan Gold Manor International Ltd. Global Energy Resource Pte Ltd
sendiri merupakan Holding Company (induk perusahaan) dari Gold Manor
International Ltd yang melaksanakan impor Zatapi sebanyak 600 ribu
barrel bermasalah itu.
Masalah muncul bermula dari Komisi VII DPR RI yang menggelar rapat kerja
dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo
Yusgiantoro, pada 18 Februari 2008. DPR mempertanyakan kualitas impor
minyak Zatapi sebanyak 600 ribu barel yang dilakukan Pertamina, pada
akhir tahun 2007 itu.
Dewan meragukan kualitas BBM merk ZATAPI yang diracik oleh Gold Manor
International, Ltd. Selain merupakan jenis minyak baru, Zatapi juga
terbukti belum mendapat sertifikasi produk sebagai minyak produk yang
layak dipasarkan secara bebas. Pertanyaan DPR kemudian merembet kepada
penetapan harga, prosedur, hingga mekanisme penetapan perusahaan
pemenang tender.
DPR mencurigai ada yang tidak beres dengan pengadaan minyak Zatapi dan
membentuk Panitia Khusus (Pansus) hak angket BBM, untuk menyelidiki
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pengadaan Zatapi. DPR juga meminta
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit khusus. Hasil pemeriksaan
BPK menyebutkan temuan kerugian negara hingga Rp 427 miliar akibat
impor minyak Zatapi oleh Gold Manor International Ltd, perusahaan milik
Muhammad Reza Chalid.
Kasus korupsi pada impor minyak Zatapi kemudian dilimpahkan ke Polri
untuk diproses hukum. Tim penyidik Direktorat III/Tindak pidana korupsi
Bareskrim Polri, melakukan penggeladahan di Kantor Pusat Pertamina dan
menyita dokumen – dokumen terkait kasus korupsi itu.
Penyidikan Bareskrim Polri berkembang dengan penetapan 5 (lima)
tersangka, mereka adalah Crisna Damayanto, selaku Vice President PT
Pertamina, Burhanuddin Manajer Pengadaan pada Direktorat Pengelolaan dan
juga Ketua Tim lelang, Sofrinaldy selaku Manajer Perencanaan Operasi
Direktorat Pengelolaan, dan Heri Purwoko selaku staf rencana operasi
pada direktorat pengolaan PT Pertamina. Sedangkan dari Gold Manor
Internasional, Polri menetapkan Direktur Utama Schiller Napitupulu
sebagai tersangka.
Kelima tersangka dijerat pasal 2 dan 3 UU No 31 Tahun 1999 junto UU 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Meski sudah menetapkan 5 tersangka dalam korupsi merugikan negara US$ 45
juta, kasus korupsi ini kemudian dipetieskan tanpa diketahui alasannya
sampai sekarang. Apakah kasus korupsi Zatapi sudah dihentikan secara
resmi melalui SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) ? Jika sudah
SP3, apa dasarnya ? Apakah pernah dieksaminasi penerbitan SP3 kasus
korupsi Zatapi itu ? Jika belum, kenapa?
Kepala BIN dan Direktur Utama Pertamina Dipecat
Itu sebabnya, Jenderal Polisi Purn. Sutanto sebagai mantan Kapolri yang
mengetahui persis kasus korupsi itu, ketika menjabat sebagai Kepala BIN
menolak memberikan ‘Clearence Letter’ terhadap Crisna Damayanto
tersangka korupsi Zatapi dan Hanung Budya yang dinilainya sudah
terkooptasi Muhammad Reza Chalid, pemilik Gold Manor International Ltd,
penguasa bisnis migas Indonesia.
Sikap tegas Sutanto terhadap Pak Muh dan kaki tangannya menyebabkan
serangan balik dari Pak Muh terhadap Sutanto. Hasilnya, Sutanto
diberhentikan dari Kepala BIN dan Komisaris Pertamina. Tidak dapat
dipungkiri peran besar Pak Muh dalam pemecatan Sutanto itu.
Muhammad Reza Chalid (MRC) memiliki hubungan khusus dengan semua
presiden Indonesia, lama dibina dan dibesarkan oleh Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro (mantan Menteri ESDM RI selama 10 tahun), dekat
dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, membina hubungan istimewa dengan
SBY sejak beliau menjabat Menteri ESDM pada tahun 1999-2002. Pak Muh
atau MRC mengenal baik Jenderal Pramono Edhie Wibowo sejak beliau
menjabat Wadanjen Koppasus. Dengan relasi kelas VVIP (very very
important person) di republik ini, Pak Muh leluasa membangun kekaisaran
bisnis migasnya dan menyingkirkan semua lawan politik atau musuh
bisnisnya.
Tidak hanya Jenderal Sutanto yang jadi korban terpelanting jatuh disikat
Muhammad Reza Chalid. Direktur Utama Pertamina, Ari Soemarno dipecat
dari jabatannya gara – gara berencana memindahkan kantor pusat dan
kantor operasional Petral (Pertamina Energy Trading Ltd) anak perusahaan
Pertamina yang ditugaskan khusus untuk pengadaan BBM kebutuhan dalam
negeri.
Direktur Utama Pertamina Arie Sumarno (2006-2009) berencana memindahkan
kantor pusat Petral dari Hongkong ke Jakarta, dan memindahkan kantor
cabang operasional dari Singapura ke Batam. Tidak hanya itu, Ari
bermaksud mengubah sistem PSC (Pertamina Supply Chain) yang sudah lama
diterapkan di Pertamina. Hasilnya, Ari dicopot dari jabatannya. Siapa
saja yang coba – coba berani otak atik Petral dan PSC Pasti disingkirkan
oleh MRC alias Pak Muh.
Kekuasaan Pak Muh di Petral dan Pertamina mutlak dan absolut. Direksi
Petral dan Pertamina ditentukan oleh Pak Muh sepenunnya. Mereka hanya
boneka Pak Muh saja di Pertamina dan Petral. Bekerja untuk dan demi
kepentingan Pak Muh selaku mesin uang dan ATM raksasa berjalan setiap
penguasa republik ini. (To be continued).
Kapolri Bambang Hendarso Danuri, mengungkapkan, sejak proses awal sampai
terjadinya pembelian, bukti-bukti permulaan terjadinya penyimpangan
sudah ditemukan. Keyakinan inilah yang membuat pihak kepolisian
menetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi impor Zatapi. Kepolisian
masih terus mengusut kasus impor.
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Drs. Abubakar Nataprawira, SH,
saat dimintai konfirmasi majalah TAMBANG (Jumat, 7/11/2008), belum ada
perkembangan lebih lanjut soal kasus ini. “ Belum ada perkembangan lebih
lanjut, masih empat orang yang ditahan dan dicekal,” terangnya. Soal 61
dokumen yang berhasil digeledah dikantor pusat Pertamina, lanjut
Abubakar, masih terus diteliti, untuk diproses lebih lanjut.
Dalam berbagai kesempatan, menepis isu gonjang-ganjing minyak Zatapi,
Direktur Utama Pertamina, Ari H. Soemarno, selalu mengatakan bahwa
pembelian minyak mentah jenis baru tersebut sudah melalaui prosedur yang
semestinya. Dari hitung-hitungan Pertamina, justru mampu melakukan
penghematan US$3,24 juta, karena Zatapi lebih murah US$ 5,5 per barel.
Dalam konferensi pers yang digelar Pertamina (27/10/2008) lalu,
Pertamina melalui, Kepala Hukum Korporatnya, Genades Panjaitan,
mengungkapkan, keputusan membeli minyak mentah Zatapi tersebut merupakan
keputusan bisnis biasa yang tidak melanggar peraturan perusahaan atau
menyebabkan kerugian negara.
Dalam jumpa pers tersebut, Genades yang didampingi, Vice Presiden
Communications Pertamina, Anang Noor, mengungkapkan bagaimana proses
pembelian minyak mentah yang kerap terjadi di dunia migas. Ada dua
tahapan pembelian minyak mentah, yakni tahap tehnis dan kedua tender.
Pada tahapan teknis, melakukan identifikasi komponen minyak mentah,
Dalam tahap ini, pemasok minyak dan gas memberikan informasi spesifikasi
minyak mentah ke pertamina yang kemudian dimasukan dalam data base
Pertamina. Data base inilah, kumpulan data teknis minyak mentah yang
akan digunakan sebagai acuan dalam proses tender.
Sementara tahap tender, Pertamina menyeleksi penawaran minyak mentah
dari pemasok. Para pemsok bisa menawarkan lebih dari satu jenis minyak
mentah. Perusahaan pelat merah inipun kemudian melakukan evaluasi,
apakah minyak mentah tersebut memenuhi persyaratan tender, dengan
mengacu pada data base yang sudah dimiliki.
Minyak mentah yang ditawarkan, dievalusi berdasarkan tipe minyak mentah
yang diberikan dan kesesuain harga dengan Harga Penentuan Sendiri (HPS).
HPS dibuat untuk tiap jenis minyak mentah disertai biaya transportasi
dan minyak mentah yang ditawarkan.
Untuk kasus Zatapi, menurut Gandes, Pertamina meminta penilaian dari tim
ahli, mengenai kualitas minyak mentah di tahap teknis. Dengan penuh
kehati-hatian, lanjutnya, pertamina menyikapi informasi tentang kualitas
Zatapi yang diberikan pemsok. Pada Oktober 2007, informasi tentang
Zatapi dimasukan dalam database sementara piranti lunak GRMPTS
(Generalized Refining Transportation Marketing Planning System).
GRMPTS, merupakan program linier untuk mengevaluasi kecocokan minyak
mentah di kilang minyak pertamina. Sesuai panduan operasi pertamina,
campuran minyak mentah yang terdaftar di GRMPTS, dapat ikut
tender.“Panduan operasi teknis, hanya membantu pengambilan keputusan,
bukan aturan atau persyaratan hukum publik,” jelas Genades. “Zatapi
dievaluasi secara hati-hati dan Zatapi memiliki specifikasi memenuhi
syarat,” Genandes menambahkan.
Lebih jauh Genades, menjelaskan, pada Desember 2007, Pertamina
mengundang 27 pemasok untuk ikut tender pengadaan minyak mentah. 9
pemasok kemudian memasukan penawaran yang terdiri dari 18 kargo. Tender
pertamina, jelasnya lagi, melibatkan evaluasi harga, kuantitas dan
kehandalan pasokan minyak yang ditawarkan untuk dibeli. Minyak mentah
Zatapi adalah salah satu dari 18 kargo penawaran yang masuk.
Berdasarkan analisis perbandingan menggunakan GRMPTS, pada 12 Desember
2007, terpilih empat pemenang tender, yakni Zatapi, Kikeh, Seria dan
Bebatik. Minyak mentah 4 pememang tender tersebut akan diolah pada bulan
Februari 2008. Minyak Zatapi, racikan Gold Miner, menurut Pertamina,
seperti diungkapkan Genades, lebih murah dari yang lainnya, dan
memberikan maximum Gross Product Worth (GPW) kepada perusahaan
(pertamina). Kemudian Pertamina memutuskan membeli 2,4 juta barel,
termasuk 600 ribu barel minyak Zatapi.
Pada Februari 2008, minyak Zatapi tiba di kilang Cilacap, dengan total
kiriman 596 ribu barel dari jumlah yang direncanakan sebesar 600 ribu
barel. Menurut pihak Pertamina, perbedaan volume mutan merupakan hal
biasa. Pertamainapun, hanya membayar sesuai jumlah yang terkirim.
Pada 15 Februari hingga 1 Maret 2008, minyak Zatapi diujicoba di kilang
Cilacap. Dan hasilnya, menurut Pertamina, sangat kompetitif dengan
dampak bagus dan sesuai dengan pengilangan.
Sebuah majalah berita mingguan, yang menulis lengkap soal cerita Zatapi,
bahwa kejanggalan yang paling mencolok dari proses tender Zatapi
adalah, proses pembeliannya justru tidak menyertakan dua dokumen penting
yang seharusnya diikutsertakan oleh Gold Manor, Certificate of Origin
dan crude oil assay. Data crude oil assay, baru keluar, sebulan setelah
tender. Padahal data tersebut cukup penting untuk mengetahui kecocokan
minyak dengan kilang, juga mahal-tidaknya harga jual.
Gold Manor mapun Pertamina mengungkapkan, Zatapi merupakan hasil
percampuran minyak Dar Blend dari Sudan dengan NWSC dan Stybarrow dari
Australia. Beberapa anggota Dewan di Parlemen mempertanyaan keabsahan
ini, karena Stybarrow pertama kali dikapalkan pada pertengahan Desember
2007, bertepatan dengan saat tender. Ini artinya Zatapi yang mengandung
Stybarrow sudah lolos uji laboratorium sebelum diikutkan dalam tender.
Inilah bagian dari pertanyaan besar, mungkinkah ada “main mata”,
sehingga Gold Manor, bisa lolos tender dan keluar menjadi salah satu
pemenang. Belum lagi soal permodalan Gold Manor. Perusahaan dagang
minyak yang berinduk di British Virgin Islands ini dua tahun lalu
modalnya cuma US$ 3,5 juta atau sekitar Rp 34 miliar–seperlima belas
modal minimal yang dipersyaratkan bagi peserta tender. Jumlah itu pun
jauh di bawah nilai transaksi Zatapi yang lebih dari setengah triliun
rupiah.
Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran
unit pengolahan yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 548.000
barrel/hari,[rujukan?] dan terlengkap jenis produknya.[rujukan?] Kilang
ini bernilai strategis karena memasok 44% kebutuhan BBM nasional atau
75% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.[rujukan?] Selain itu kilang ini
merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi
aspal dan base oil.[rujukan?]
Kilang Unit Pengolahan IV terdiri dari:
1. Fuel Oil Complex (FOC) I, dan Lube Oil Complex (LOC) I.
2.
Fuel Oil Complex (FOC) II, dan Lube Oil Complex (LOC) II, serta Lube
Oil Complex III yang dibangun bersamaan dengan Debottlenecking
(1998/1999).
3. Kilang Petrokimia Paraxylene.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Kilang Minyak I /Fuel Oil Complex I(FOC I)
2 Kilang Minyak II /Fuel Oil Complex II(FOC II)
3 Kilang Paraxylene
4 Produk Non BBM
4.1 LPG
4.2 Naphtha
4.3 Aspal (Asphalt)
4.4 Heavy Aromate
4.5 Lube Base Oil
4.6 Low Sulphur Waxy Residue (LSWR)
4.7 Minarex (Pertamina Extract)
4.8 Parafinic Oil
4.9 Toluene
5 Produk BBM (Bahan Bakar Minyak)
5.1 Bensin Premium
5.2 Solar/Gasoil (HSD: High Speed Diesel)
5.3 Avtur/Avgas
5.4 Kerosene
5.5 IDF (Industrial Diesel Fuel)
5.6 IFO (Industrial Fuel Oil)
6 Kebakaran Kilang Minyak Pertamina RU IV Cilacap
7 Referensi
8 Pranala luar
Kilang Minyak I /Fuel Oil Complex I(FOC I)[sunting]
Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000
barrel/hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI
tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen,
tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking
project sehingga menjadi 218.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk
memproses bahan baku minyak mentah (crude oil) dari Timur Tengah,
dengan maksud selain mendapatkan BBM (bahan bakar minyak)sekaligus untuk
mendapatkan produk NBM (Non BBM) seperti bahan dasar minyak pelumas
(lube oil base) dan aspal (bitumen), mengingat karakter minyak mentah
dari dalam negeri tidak ekonomis untuk produksi dimaksud.
Kilang Minyak II /Fuel Oil Complex II(FOC II)[sunting]
Kilang Minyak II dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk
pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang
mulai beroperasi 4 Agustus 1983 memiliki kapasitas awal 220.000
barrel/hari. Mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM ditanah air,
sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun
1998/1999, maka kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230.000
barrel/hari. Kilang ini mengolah minyak mentah “cocktail” yaitu minyak
campuran, tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.
Lube
Base Oil diproduksi oleh Lube Oil Complex I & II. produk ini
kemudian dicampur dengan additive untuk menjadi pelumas seperti
“Mesran”, dan produk lain yang sejenis yang dapat ditemui dipasaran.
Dengan
peningkatan capasitas melalui proyek Debottlenecking (1998/1999), maka
dibangun Lube Oil Complex III (LOC III), sehingga kapasitas bertambah
dari 225000 ton/tahun menjadi 428 ton/tahun.
Kilang Paraxylene[sunting]
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan mulai beroperasi
tanggal 20 Desember 1990. Total kapasitas produksi adalah 590000
ton/tahun terdiri dari produk-produk: Paraxylene, Benzene, LPG,
Rafinate, Heavy Aromate, dan Fuel Gas. Pada saat pembangunanya, produk
kilang ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
aromatik(setengah jadi) untuk kilang UP III Plaju, disamping untuk
export. Namun semua produk benzene hanya untuk diexport, sedang produk
lain untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Produk Non BBM[sunting]
LPG[sunting]
Naphtha[sunting]
Aspal (Asphalt)[sunting]
Aspal
diproduksi oleh Kilang LOC I/II/III, dihasilkan oleh jenis Crude Oil
jenis Asphaltic berbentuk semisolid, bersifat Non Metalik, larut dalam
CS2 (Carbon Disulphide), mempunyai sifat waterproofing dan adhesive. Di
Indonesia hanya Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap yang dapat
menghasilkan Asphalt dari minyak bumi. Setelah selesainya proyek
Debottlenecking maka produksi aspal meningkat dari 520 kiloton/tahun
menjadi 720 kiloton/tahun. Jenis aspal yang diproduksi adalah Penetrasi
60/70 dan Penetrasi 80/100.
Heavy Aromate[sunting]
Heavy Aromate
adalah produk sampingan yang diproduksi oleh unit Naptha Hydro Treater.
Heavy Aromate digunakan sebagai bahan solvent.
Lube Base Oil[sunting]
Lube
Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut pelumas dasar,
diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I, II, dan III dalam bentuk
cair. Lube Base oil digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas berbagai
jenis permesinan baik berat maupun ringan. Selain itu lube base oil
juga digunakan untuk bahan kosmetika.
Low Sulphur Waxy Residue (LSWR)[sunting]
Low
Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom produk dari Crude
Distilling Unit (FOC II). LSWR digunakan sebagai bahan baku untuk
diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk BBM dan NBM, disamping
dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar untuk pemanas di negara-negara
bersuhu dingin.
Minarex (Pertamina Extract)[sunting]
Seperti telah
diketahui bahwa crude oil (minyak mentah /minyak bumi), dapat
menghasilkan bermacam jenis produk, tidak hanya produk BBM tetapi juga
produk non BBM serta produk petrokimia.
Proses ekstraksi dari LOC
I,II&III tidak hanya menghasilkan base oil, parafinic, asphalt dan
IFO (Industrial Fuel Oil), tetapi juga menghasilkan produk hasil
ekstraksi yang diberi nama Minarex (Pertamina Extract). Minarex dapat
digunakan untuk proses industri pada industri karet seperti ban dan
tinta cetak, karena dapat
memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet.
menurunkan kekentalan komponen karet.
Parafinic Oil[sunting]
Paraffinic
oil adalah proccessing oil dari jenis Paraffinic dengan komposisi
Paraffinic Hydrocarbon, Nepthenic, dan sedikit Aromatic Hydrocarbon.
Paraffinic oil pada umumnya digunakan sebagai proccessing oil pada
produk karet yang berwarna terang yaitu sebagai
bahan kimia pembantu pada industri penghasil barang karet seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang kendaraan.
proccessing oil dan extender untuk polymer karet alam dan karet sintesis.
base oil untuk tinta cetak.
Toluene[sunting]
Toluene
diproduksi dalam bentuk cair. Toluene digunakan sebagai bahan baku TNT,
solvent, pewarna, pembuat resin. Juga untuk bahan parfum, pembuat
plasticizer dan obat-obatan.
Produk BBM (Bahan Bakar Minyak)[sunting]
Bensin Premium[sunting]
Premium adalah bahan bakar minyak jenis
distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat
adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya
adalah
Irawan mengatakan, landed price minyak mentah Zatapi hanya sekitar 90 dollar AS per barrel, sedangkan minyak mentah
Petral atau Pertamina Energy Trading Limited adalah anak usaha PT
Pertamina (Persero) yang menangani impor BBM dan minyak mentah. Petral,
yang berkantor pusat di Hongkong dan kantor operasional di Singapura,
pada awalnya merupakan perusahaan joint venture antara Pertamina dan
Perta Group, sebuah perusahan Amerika Serikat.
Pada Semptember 1998, Pertamina mengakusisi seluruh saham Perta Group
dan pada Maret 2001 Pertamina menjadikan Petral sebagai anak perusahaan
yang menangani impor BBM untuk kebutuhan domestik Indonesia
Sebelum Petral diakusisi Pertamina dan ditunjuk tangani impor BBM, untuk
memenuhi kebutuhan domestik Indonesia, impor BBM ditangani sebuah
direktorat di Pertamina, tetapi karena sarat intervensi dari berbagai
kalangan, kewenangan impor BBM dialihkan pemerintah ke Petral.
Pemilihan kantor pusat Petral di Hongkong memang diakui sebagai
kekeliruan, namun untuk memindahkan kantor pusat ke luar Hongkong,
Pertamina enggan dengan alasan CO (coorpotare ordonance) Penempatan
kantor Petral di Singapura, kata Dahlan, juga mempertimbangkan segi
hukum. Singapura dianggap memiliki sitem hukum yang baik sehingga bisa
mengurangi intervensi.
Namun saat ini ada beberapa pihak yang menyebut Petral sebagai tempat
penyelewengan impor BBM. Karena itulah beberapa waktu lalu Dahlan
menyarankan agar Petral dibubarkan supaya tak mengganggu citra Pertamina
sebagai perusahaan yang menerapkan manajemen profesional.
Kementerian Badan Usaha Milik negara (BUMN) masih perlu mencari cara
untuk mengimpor bahan bakar minyak (BBM) jika PT Pertamina Energy
Trading Limited (Petral) jadi dibubarkan. Ia enggan jika penanganan
impor kembali dilakukan sendiri oleh Pertamina karena terlalu rawan.
Menanggapi hal itu, Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina,
Mochamad Harun, mengatakan tuduhan itu tak berdasarkan fakta. Harun
mengatakan setiap tahun keuangan Petral selalu diaudit.
“Tahun 2011 berhasil menghemat biaya pengadaan BBM hingga US$ 280 juta,”
kata Harun. Selain itu anak usaha Peryamina itu juga berhasil
membukukan laba US$ 47,5 juta tahun lalu.
Harun menilai tuduhan terhadap Petral terlalu dipolitisir. Selain itu
tuduhan Petral membeli 800 ribu barel minyak perhari dari Pertamina tak
masuk akal. “Produksi Pertamina saja hanya 500 ribu barel per hari,”
katanya.
ALUNAN tembang yang dilantunkan Krisdayanti menyemarakkan perhelatan
Pertamina Press Awards di Assembly Hall Jakarta Hilton Convention
Center, Sabtu pekan lalu. Direktur Utama Pertamina, Ariffi Nawawi,
bersama jajaran direksi BUMN kuda laut itu, duduk di barisan paling
depan. Mereka tampak sumringah menonton suguhan hiburan yang juga
dimeriahkan humor segar P Project.
Sejumlah pejabat Kementerian BUMN, anggota DPR, wartawan, dan ratusan
tamu undangan menghadiri acara Pertamina yang memberi penghargaan kepada
insan pers itu. Ariffi hanyut dalam acara tersebut. Ketika GATRA
mencoba mengonfirmasikan kasus Petral, ia berulang kali menolak.
“Jangan-jangan,” katanya. Direktur Hilir Pertamina, Harry Purnomo, ikut
menyela. “Ini lagi launching, kita bicara launching saja,” katanya.
Petral, kependekan dari Pertamina Energy Trading Limited, memang lagi
jadi tema. Anak perusahaan Pertamina di Singapura itu, sejak pekan lalu,
ramai diberitakan media massa karena kebobolan duit US$ 8,25 juta.
Kasus ini menambah panjang daftar penjarahan terhadap BUMN perminyakan
beraset lebih dari Rp 100 trilyun itu. Banyak tangan kotor yang
ditengarai ikut mengeruk duit Pertamina. Caranya macam-macam. Yang
paling sering adalah menggembungkan nilai proyek, seperti kasus Kilang
Balongan, yang hingga kini perkaranya masih berkubang di Gedung
Kejaksaan.
Pembobolan Petral mencuat ke permukaan, setelah Ariffi Nawawi
membeberkan pekara itu dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Rabu
pekan lalu. Raibnya fulus Petral, menurut Ariffi, berawal dari adanya
transaksi derivatif, berupa jual-beli minyak mentah dengan perusahaan di
Singapura. Jangka waktunya enam bulan. Petral menjaminkan US$ 9 juta di
sebuah bank di Singapura. Selama transaksi, kurs rupiah menguat
terhadap dolar.
Selisih duit yang seharusnya disetor ke kocek Petral justru diberikan ke
perusahaan di Singapura tadi. Hingga kini, kata Ariffi, Pertamina tak
mengetahui ke mana duit itu mengalir. “Ada oknum yang memalsukan tanda
tangan direksi sehingga dana bisa cair,” ujar Ariffi. Perkaranya,
katanya, sudah dilaporkan ke polisi Singapura.
Namun, penelusuran GATRA menemukan versi lain pembobolan Petral. Laporan
Audit Internal Pertamina bertanggal 23 Oktober 2003 memaparkan
kronologi dan kesimpulan kasus Petral. Dokumen yang dibuat pada masa
Pertamina dipimpin Baihaqi Hakim ini juga dilengkapi hasil pemeriksaan
terhadap petinggi perusahaan yang dianggap tahu perkara tersebut.
Tercatat empat eksekutif Petral diperiksa Tim Pemeriksa Pertamina.
Mereka adalah Soekono Wahjoe (Direktur Utama Petral hingga September
2003), Zainul Ariefin (Direktur Keuangan Petral hingga September 2003),
Muchsin Bahar (Komisaris Utama Petral), dan Burhanuddin Hasan (Komisaris
Petral). Beberapa pegawai Petral, dari manajer hingga sekretaris, juga
diperiksa. Tim audit itu beranggotakan lima orang, diketuai Hari Subagya
dengan pengawas Sumi Harjono.
Pencurian deposito Petral sebenarnya sudah terendus pada akhir Juni
2002. “Waktu itu, saya minta dilakukan investigasi,” kata Ainun Naim,
mantan Direktur Keuangan Pertamina, kepada GATRA. Doktor ekonomi lulusan
Temple University, Amerika Serikat, ini curiga, karena perintah
pemindahan US$ 9 juta duit Petral dari Credit Suisse Singapore Branch ke
rekening Pertamina di BNI Gambir, Jakarta, ditolak bank.
Ainun minta duit itu ditransfer karena sudah ngendon di Credit Suisse
selama lima bulan. Sedangkan fasilitas kredit yang dijanjikan tak
kunjung cair. Demikian juga ketika perintah yang sama diulang pada
Agustus 2002. Hasilnya tetap nihil. Kemudian investigasi dilanjutkan
secara resmi dengan membentukan Tim Pemeriksa Petral, berdasar surat
keputusan Direktur Utama Pertamina Baihaqi Hakim pada Juli 2003.
Deposito Petral sebesar US$ 9 juta di Credit Suisse itu awalnya disetor
pada 15 Februari 2002, sebagai jaminan pemberian fasilitas kredit dari
bank. Perusahaan minyak ini juga mendepositokan uangnya, antara lain, di
Sumitomo Bank, BNP Paribas Hong Kong, dan Bank Mandiri, dengan tujuan
sama. Dari bank-bank lain, pendanaan mengalir lancar. Tapi, tak sepeser
pun dana mengucur dari Credit Suisse.
Perkongsian Petral dengan Credit Suisse bermula dari perkenalan Zainul
Ariefin, Direktur Keuangan Petral ketika itu, dengan Lim Chee Chien,
Asisten Direktur Kredit Credit Suisse yang kini tak lagi menjabat.
Keduanya dipertemukan Dedy H. Garna, pemilik Aceasia Commercial
Enterprises Ltd –perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands
pada 18 Juni 2001.
Zainul bahkan pernah bertandang ke rumah Dedy di Bandung, ketika
pengusaha “kota kembang” itu menikahkan anaknya pada 2002. Zainul juga
mengenalkan Dedy pada Soekono Wahjoe, ketika itu Direktur Utama Petral.
Dalam dokumen pemeriksaan Tim Audit Internal Pertamina disebutkan,
Soekono menyatakan pernah mengunjungi rumah Dedy. Ia menyebut nama
Boediono, yang menemaninya selama di Bandung. Boediono adalah pengusaha
yang dikenal punya hubungan akrab dengan sejumlah direksi Pertamina.
Tapi, ketika dihubungi GATRA, Boediono mengaku tak tahu-menahu soal
pertemuan Dedy dengan Soekono itu. “Nggak, nggak ada itu,” katanya,
singkat.
Aceasia sempat menawarkan dana US$ 40 juta untuk Petral. Namun, Soekono
Wahjoe tak berminat. Kemudian Dedy menggandeng Lim Chee Chien menawarkan
dana dari Credit Suisse, dengan syarat ada jaminan US$ 9 juta tadi.
Petral kepincut. Menurut penelusuran auditor, Aceasia sangat berperan
dalam perkongsian antara Petral dan Credit Suisse.
Zainul lalu mentransfer US$ 9 juta dari rekening Petral di BNP Paribas
Hong Kong ke Credit Suisse Singapore. Tiga hari kemudian, perjanjian
pemberian fasilitas kredit untuk Petral diteken. Petral diwakili Soekono
Wahjoe dan Zainul Ariefin. Credit Suisse diwakili Phillipe Mettraux dan
Joseph Sim.
Pada kesempatan itu, ikut ditandatangani pula dokumen board of
resolution, yang memperluas kerja sama kredit hingga mencakup pertukaran
devisa dan penarikan tunai. Bila penarikan duit dilakukan, Petral akan
berutang sejumlah duit yang ditarik, sementara duit jaminan masih
sebagai deposito. Sesuai dengan perjanjian itu, baik Zainul maupun
Soekono berwenang melakukan transaksi tanpa persetujuan dewan komisaris.
Inilah yang jadi pangkal persoalan. Menurut Muchsin Bahar, sebagaimana
tertuang dari pemeriksaan terhadapnya, board of resolution yang
menyetujui perluasan kerja sama kredit di luar bisnis inti Petral itu
harusnya ditandatangani lebih dulu oleh dewan komisaris. Karena belum
ada, seharusnya direksi Petral menarik board of resolution itu. Tapi tak
dilakukan.
Burhanuddin Hasan, komisaris sewaktu kasus itu terjadi, mengaku hanya
tahu sedikit ihwal kasus Petral ini. Tapi, ia tak mau bicara kepada
GATRA. Di manajemen Petral yang baru, Burhanuddin masih menjadi
komisaris.
Dedy dan Lim Chee Chien yang paham dengan kebijakan pencairan dana itu
kemudian memanfaatkan situasi. Mereka, berdasar versi audit, memalsu
tanda tangan komisaris Petral pada dokumen board of resolution. Perintah
pencairan duit US$ 8 juta dari rekening Petral untuk dipindahkan ke
Aceasia di Credit Suisse, dengan memalsu tanda tangan Zainul, lalu
dibuat. Perintah itu tak menggunakan kop surat resmi.
Selanjutnya, laporan rekening bulanan Petral di Credit Suisse yang
seharusnya dikirim ke kantor dilayangkan ke rumah Zainul Ariefin di Peck
Hay Road, Singapura. Zainul mempertanyakan hal itu kepada Dedy H.
Garna. Pengusaha ini memberi alasan Petral akan pindah kantor, sehingga
korespondensi dialamatkan ke rumah Zainul. Direktur Keuangan Petral itu
tak keberatan.
Karena duit sudah dipindah ke Aceasia, posisi keuangan Petral berubah.
Petral kini punya deposito US$ 9 juta, sekaligus utang ke Credit Suisse
US$ 8 juta. “Pada laporan bulan Maret, utang itu muncul,” kata Zainul,
sebagaimana disebut dalam dokumen audit Pertamina. Sebenarnya kondisi
itu terjadi sejak Februari.
Kepada tim audit, Zainul menyatakan tak tahu alasan munculnya utang di
laporan rekening Petral dari bank. Sehingga ia tak melaporkan posisi
utang itu dalam laporan bulanan. Zainul mengaku pernah menanyakan hal
itu kepada Credit Suisse. Dijawab Lim Chee Chien, bank tak bisa
mengungkapkan soal itu.
Dalam laporan kas bulanan pada Juni 2002, posisi utang itu juga tak
dicantumkan. Untuk menunjukkan seolah-olah ada transfer –setelah ada
perintah dari Ainun– dalam laporan posisi kas Petral 24-28 Juni 2002,
ditulis uang di Credit Suisse sudah dipindahkan ke BNI Gambir. Jumlahnya
US$ 8,9 juta. Sehingga saldo Petral di BNI menjadi US$ 19,7 juta.
Padahal, rekening korannya di BNI Gambir hanya US$ 10,86 juta ketika
itu. Artinya, pemindahan dana itu fiktif belaka.
Zainul Ariefin mengaku menerima pesan “khusus” dari Pertamina Jakarta.
Isinya, kalau ada kontrak kerja sama dengan Aceasia, duit Petral boleh
dipertahankan di Singapura. Jika tak ada kontrak, rekening di Credit
Suisse harus ditutup. Tapi, Zainul tak ingat nama sang pemberi pesan.
Berbekal “masukan” tadi, Zainul mengontak Dedy dan mendesaknya agar
membuat kontrak kerja sama. “Kami ingin uang tetap di Singapura,”
katanya. Sebab, menurut dia, menggunakan fulus di Singapura untuk bisnis
Petral lebih mudah dibandingkan dengan memakai dana dari Jakarta.
Kontrak kerja sama pengelolaan duit Petral oleh Aceasia kemudian diteken
Zainul dan Dedy Garna pada 12 Agustus 2002. Surat berlaku surut sejak
27 Februari 2002 atau sehari setelah pemindahan rekening Petral ke
Aceasia. Pemberlakukan perjanjian secara surut ini, menurut Zainul,
untuk memberikan keuntungan kepada Petral, karena deposito sudah ada
sejak Februari.
Penandatanganan perjanjian tersebut, masih kata Zainul, tak
diberitahukan kepada Soekono Wahjoe. “Kata dia, tanda tangan saya sudah
cukup karena nanti juga bisa diubah,” katanya. Dalam kontrak itu
disebutkan, Aceasia menjadi pengelola US$ 8 juta duit Petral di Credit
Suisse. Sebagai imbalannya, Petral mendapat bunga investasi US$ 900.000
sampai saat jatuh tempo.
Pada perjanjian itu juga disebutkan, jatuh tempo pembayaran pokok
investasi dan bunga kepada Petral pada 14 Maret 2003. Aceasia ternyata
wanprestasi. Tim audit berkesimpulan, tindakan Zainul telah melampaui
wewenang jabatannya. Ia meneken kontrak perjanjian dengan pihak di luar
Petral, tanpa persetujuan tertulis Direktur Utama Petral. Belakangan,
Zainul memang memberitahu Soekono, tapi sudah terlambat.
Petral juga menghadapi masalah lain, yakni membayar utang US$ 8 juta
yang tercatat di buku Credit Suisse yang jatuh tempo pada 10 April 2003.
Sehari sebelumnya, manajemen Petral berunding di kantor Petral untuk
menyelesaikan kasus ini. Masukannya ada dua. Pertama, menutup rekening
Petral di Credit Suisse. Kedua, utang ditutup dengan deposito Petral
yang ada di bank tersebut.
Mereka memilih opsi kedua. Pilihan inilah yang menyebabkan Petral
menanggung rugi US$ 8 juta, ditambah bunga investasi yang seharusnya
diterima Petral sebesar US$ 250.000. Langkah ini dinilai tim audit bisa
melemahkan posisi Petral. Sebab, dengan cara itu, berarti Petral
mengakui utang.
Zainul lalu menghubungi Joseph Sim dari Credit Suisse. Ia ingin tahu
penyebab munculnya utang US$ 8 juta. Ia juga menanyakan adakah duit yang
ditransfer dari rekening Petral. Joseph mengiyakan. Ia menyebutkan,
transfer terjadi pada 26 Februari 2002. “Saya shock dan tak percaya ada
yang berbuat aniaya seperti itu,” kata Zainul kepada tim audit. Joseph
juga memberitahu, perintah transfer itu atas nama Zainul.
Direktur Keuangan Petral itu lantas minta Joseph mengirimkan dokumen
perintah transfer tersebut. Meski tanda tangan di dokumen mirip dengan
tekenannya, ia merasa tak pernah menorehkannya. Akhirnya, pada 17 April
2003, Zainul melaporkan kasus ini ke polisi.
Dokumen transfer yang berisi tanda tangan Zainul diserahkan ke Health
Security Authority Singapura untuk diteliti keasliannya. Hasilnya
dinyatakan palsu. Karena “bodong”, Petral beranggapan pemindahan duit ke
rekening Aceasia tak sah. Namun, bank hingga kini belum mau
mengembalikan duit Petral itu.
Dedy Garna, yang diduga punya andil penting dalam pembobolan duit
Petral, belum jelas keberadaannya. Penelusuran GATRA untuk mencarinya
belum membuahkan hasil. Walau begitu, Zainul, seperti dinyatakan kepada
tim audit, optimistis Petral bakal bisa menarik duitnya. Begitu juga
Soekono Wahjoe. “Kami hanya minta tanggung jawab bank yang telah
mengeluarkan uang dengan tak hati-hati,” katanya.
Ia menyerahkan penyelesaian perkara dengan pihak Aceasia kepada
kepolisian Singapura. Pada 16 Desember 2003, Petral menuntut Credit
Suisse ke pengadilan Singapura. Harapannya, duit segera kembali ke kocek
Petral. Sehingga wajah Petral yang kini murung segera berubah
sumringah, seperti pejabat Pertamina ketika mendengarkan suara
Krisdayanti.
Irwan Andri Atmanto, Astari Yanuarti, dan Rachmat Hidayat
[Laporan Utama, GATRA, Edisi 7 Beredar Jumat 27 Desember 2003]
Isu korupsi seputar penjualan Minyak anak usaha PT Pertamina, Pertamina
Energy Trading Ltd ( PT Petral )kembali menjadi bola panas. Isu ini
memang sudah lama digemboskan ke publik, tetapi tak jelas eksekusinya.
Desakan pengusutan korupsi Petral ini pertama kali keluar dari mulut
Ketua DPR RI Marzuki Alie tanggal 22/2/2012 lalu. Marzuki meminta
pemerintah mengevaluasi PT Petral yang diduga melakukan penyelewengan
tender minyak. PT Petral diduga telah merugikan negara dengan membeli
minyak tanpa tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu perbarel setiap
hari. Diduga total minyak yang dibeli Petral mencapai USD 18 miliar per
tahun.
Menurut Marzuki, praktik-praktik yang dilakukan oleh PT Petral terkait
ekspor-impor minyak mentah atas kerjasama dengan PT Pertamina itu
melanggar ketentuan hukum soal pengadaan tender proyeknya. Marzuki
meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus ini.
Pasalnya, berdasarkan keterangan yang dia peroleh, ada indikasi dugaan
korupsi yang didasarkan pada tindakan pratik yang dianggap mencurigakan
serta soal laporan transparansi transaksi keuangan dari PT Pertamina
terkait yang dilakukan oleh PT Petral. Pernyataan Marzuki itu seolah
ingin membuka kota pandora dari Petral.
Betapa tidak, pada hari yang sama (22/2/2012; Baca, Vivanews) Menteri
BUMN, Dahlan Iskan, selaku pemegang saham Pertamina langsung
mengeluarkan pernyataan. Dahlan memandang Petral mengganggu citra dan
kinerja PT Pertamina. Dahlan mengusulakan agar membubarkan Petral.
Dahlan menjelaskan, citra Pertamina sering terganggu oleh isu mengenai
Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura
dituduh orang-orang sulit mengontrol dan direksi Pertamina mendapatkan
komisi dari transaksi Petral.Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu untuk
membubarkan Petral, dan ternyata dirut Pertamina pun menyetujui
usulannya. Dengan pembubaran Petral, maka citra Pertamina yang saat ini
sedang membangun GCG tidak akan terganggu. Dirut Pertamina sendiri
mempunyai opsi lain, yaitu memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak
lagi menjadi anak perusahaan Pertamina.
Pernyataan Dahlan inipun ditanggapi positif oleh Rhanald Kasali (Guru
besar Manajemen UI, Bubarkan Petral? Baca; Kompas, 1/3/2012). Menurut
Kasali gagasan membubarkan Petral yang diajukan Dahlan adalah sebuah
gagasan tulus agar Pertamina bersih dari urusan politik. Tetapi ini
harus dijawab apakah benar Petral dibubarkan? Apakah benar jika ditaruh
di Jakarta terjamin bersih? Kasali mengatakan, Petral harus dijauhkan
dari politisi.
Apalagi Kasali mengaku pernah melakukan riset soal Petral sampai ke
Singapura seputar perusahaan dagang termasuk Petral. Setelah proses
transformasi tahun 1999, Petral sudah menjadi milik Pertamina dan
berevolusi dari broker menjadi anak usaha yang fokus pada trading.
Kasali mengatakan perdagangan minyak di Singapura berlomba-lomba
mempengaruhi harga dan tendernya diselenggarakan oleh Platts (Mid Oil of
Plats).
Pertannyannya yang perlu diajukan adalah mengapa Petral harus dijauhkan dari Politisi? Bukankah Marzuki adalah politisi?
Dinamika politik kita terlihat bahwa sesama politisi saling membuka
kotak hitam sesama lawan politiknya. Lebih khusus ketika Parpol yang
dikendarainya sedang oleng. Marzuki adalah politisi Partai Demokrat (PD )
yang sedang ini dalam sakratul maut akibat kasus suap yang menyeret
mantan Bendahara Partainya, M. Nazarudin. Lantas apakah pernyataan
Marzuki perlu ditelusuri lebih lanjut?
KPK seharusnya menangkap peluang dari konspirasi jahat para politisi
ini, karena dalam keadaan gawat darurat, mereka saling membongkar aib
para lawan politiknya. Apalagi Marzuki sendiri memiliki banyak bisnis di
dunia Migas dan sekarang sedang gencar membangun smelter di Papua.
Politisi yang sudah malang-melintang di bisnis pertambangan dan migas
tentu mengenal kawan-lawannya.
Politisi Partai Demokrat kelahiran Palembang, 6 November 1955 ini, kini
menjabat sebagai Ketua DPR dan salah satu figur penting di Partai
Demokrat karena ia menjabat sebagai wakil ketua dewan pertimbangan
partai.
Marzuki tercatat sebagai Presiden Komisaris PT GLOBAL PERKASA INVESTINDO
sejak 2006. Perusahaan ini berencana membangun copper smelter di
Timika, Papua dengan estimasi produksi 400,000 tons copper cathode per
tahun. Itu berarti lebih besar dari PT Smelting Co (270,000 tons per
tahun) di Gresik, Jawa Timur, dimana PT Freeport Indonesia memiliki 25%
sahamnya.Salah satu sumber informasi menjelaskan bahwa PT Global Perkasa
Investindo is an exclusive Natural Resources company.
Sumber informasi lainnya:
http://www.sisminbakum.go.id, menyatakan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan global yang bergerak dalam bidang besi baja.
Sumber informasi lainnya:
http://www.bumn.go.id/pln/galeri/foto/plta-terbesar-di-papua-direktur-utama-p-2542/,
mengungkapkan bahwa PT Global Perkasa Investindo pada 11 Juni 2011
lalu, di Jakarta, telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan China
Huadian Engineering Co. Ltd Internasional Company untuk melaksanakan
studi pengembangan potensi tenaga air sungai Yawei di Papua yang
nantinya akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di
provinsi tersebut. Sungai Yawei ini terletak lebih kurang 70 km sebelah
barat Timika, ibu kota kabupaten Mimika, propinsi Papua.
Wajar jika Dahlan mengusulkan tugas yang selama ini diemban Petral untuk
jual-beli minyak mentah dan BBM akan ditangani oleh PT Perusahaan
Perdagangan Indonesia. “Karena ini kan masalah trading, tapi ini baru
gagasan,” katanya.
Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral membeli minyak mentah dan
dikelola di kilang minyak Pertamina jangan ditangani oleh dua direktur
Pertamina seperti dahulu.
Namun, beberapa pihak menolak Petral dibubarkan. Pusat Studi Kebijakan
Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina
Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu untuk dibubarkan.
Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan yang perlu dilakukan yaitu lebih
meningkatkan sistem dan pengawasannya guna meminimalisir penjualan
minyak ilegal. Menurutnya, jika Petral dibubarkan dan dibuat lagi Petral
lain sepanjang masih ada orang-orang kuat tersebut tetap saja
perusahaan dan orang-orangnya itu tidak akan berani menentang dan
melawan perintah orang-orang kuat tersebut apalagi jika dalam permainan
itu juga memberi keuntungan pribadi buat mereka.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan,
Petral secara normal sebagai sole trading arm melaksanakan kegiatan
trading Pertamina. Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan
dukungan
penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap menjalankan fungsinya
dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam
negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa
dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan
dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur
Karen Agustiawan.
Keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus menjalankan
fungsi market intelligent bagi Pertamina, merupakan best practices dalam
bisnis trading minyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar
global. Bahkan, dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral,
Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan
produk BBM senilai US$283 juta selama 2011 lalu.
Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat 8 besar dari 1.000
perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS
Caltex Singapore Pte Ltd (ke-9), Sinochem International Oil (Singapore)
Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell
Eastern Petroleum (Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd
(ke-25), ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan
Singapore Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual
Ranking Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000
tahun 2012. Petral juga merupakan salah satu dari sedikit perusahaan
yang mendapatkan corporate tax incentive
dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.
Saat ini Petral juga telah mengembangkan bisnis, di samping sebagai
pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung ketahanan energi nasional,
yang diharapkan akan menjadi salah satu pemain utama bisnis trading
minyak mentah dan BBM di pasar regional. Untuk mendukung pengembangan
bisnis tersebut, Petral bersama Pertamina telah memulai pengembangan
Hyperterminal BBM Pulau Sambu berkapasitas 3 juta barel dan Terminal BBM
Tanjung Uban 2,5 juta barel yang akan mendukung bisnis Petral dan
ketahanan energi dalam negeri.
Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun
menambahkan kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam
bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah
memperoleh
kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan
mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.Ketidakpastian
informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah
mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa
berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd Nawazir
mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah
dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan
terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan
perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha
Terseleksi (DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk
mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di
Indonesia.
Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk
setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan
minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal
suplai yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Tunjuk Langsung
Pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas atau terbatas,
yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional produsen
maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak mentah
tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari
Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT
Thailand, yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar
di luar Azerbaijan.
Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan
dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia). Khusus untuk
PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua
perusahaan minyak nasional tersebut dalam kerangka kerjasama ASCOPE
(ASEAN Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan
minyak nasional di ASEAN.
Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM, diperlukan pengetahuan pasar dan
keahlian trading yang tinggi. Strategi untuk pembelian harus ditentukan
untuk mencegah harga melambung tinggi dan menghindari mark-up. Untuk
penunjukan langsung harus dilakukan kepada Perusahaan Minyak Nasional
(National Oil Company seperti Aramco, KPC, Petronas dan PTT). Hal ini
sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktek broker dan
mark-up harga. Perusahaan Minyak Nasional dikenal melarang praktek
broker dan uang komisi dan selalu mempunyai pengawas internal dalam
mencegah praktek korupsi.
Adapun, pembelian bensin Premium selalu diadakan melalui tender tender
terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company
(MOC). Petral membeli bensin Premium setiap bulan lebih dari 8 juta
barrel. Supplier yang sering memenangkan tender bensin Premium adalah
Arcadia, Total, Glencore, Vitol, Concord, Verita, Gunvor, PPT, Kernel,
Bp, Unipec, Petrocina, Petronas, Shell, Trafigura, SK, Conoco. Pembelian
bensin Premium dilakukan secara tender karena produsennya kebanyakan
adalah para Trader di Singapura yang melakukan proses blending di
Singapura.
Untuk pengadaan Solar secara spot dilakukan tender terbuka yang diikuti
oleh 30 perusahaan yang terdaftar. Sedangkan pengadaan jangka panjang,
ditunjuk empat Perusahaan Minyak Nasional yaitu Kuwait Petroleum
Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand dan S-Oil yang dimiliki oleh
Saudi Aramco.
Keempat perusahaan minyak tersebut mempunyai kilang minyak yang
memproduksi Solar. Penunjukan keempat Perusahaan Nasional tersebut untuk
mencegah para trader Singapura melakukan penimbunan dan spekulasi harga
yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi
ke Singapura.
Pemegang Saham Petral dan Kinerja Petral merupakan perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, berkedudukan
di Hong Kong. Saat ini, sebanyak 99,83% saham Petral dikuasai oleh PT
Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral
sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.
Petral membukukan trading 2011 sebanyak 266,42 juta barel yang terdiri
dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk.
Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan sebesar
US$31,4 miliar dengan profit margin sebesar US$47,5 juta. Petral
berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price
pada tahun 2011 adalah Rp2,6 T untuk pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON
& HSD 0.35% S) serta Rp0,4 T untuk pengadaan Crude impor.
Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:
• Penunjukkan kepada Petral dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran harga pasar yang sebenarnya, dikarenakan Anak Perusahaan
bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
• Berada di tengah pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan pengadaan.
• Untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.
Persyaratan Menjadi Rekanan Petral
Saat ini sesuai dengan Surat
Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No.
RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai
single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura.
Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha
yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi
(DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang
reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan
krisis BBM di Indonesia.
Kriteria peserta tender :
1. Listed company pada major global stock
exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh
negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi,
pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau
petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50
juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit
oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3.
Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya
kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau
mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract
fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas
trading yang ada.
Best Practices kegiatan trading MM/BBM di global market yang dilakukan
oleh perusahaan minyak lain, juga menggunakan Trading Arm (sebagian
besar di Singapore) seperti halnya Pertamina. Sebagai contoh:
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina – PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited• Petronas – Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch
Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore
- Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan minyak mentah dari Pertamina.
- Berdasarkan
permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para
supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra
usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department
Petral
- Undangan
yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli,
kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang
Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing
masing Perusahaan dalam DMUT.
- Para
supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan
tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan
oleh management Petral.
- Kemudian
dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim
tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi
trader, keuangan dan risk management.
- Harga
terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama
perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina
dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak
mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa
penjual minyak mentah tersebut.
- Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
- Petral
kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih
baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan
tersebut.
Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir
Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
- Bulan
Januari 2012 : Akpo dibeli dari Verita Oil, Azeri dibeli dari PTT
Thailand, Nemba dibeli dari Verita Oil, Bonny Light dibeli dari Vitol,
Seria dibeli dari Verita Oil dan Girassol dibeli dari Repsol.
- Bulan
February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT Thailand,
Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua Iboe
dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli dari
Eni.
- Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
- Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari
Total,
Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil. Dari data di
atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT
Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan
untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan
Crude Azeri dengan harga yang paling murah.
Setelah tender dilaksanakan di Singapura oleh Petral, terlihat
pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender hanya bisa dimenangkan
oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain minyak yang mempunyai nama
besar dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi perusahaan-perusahaan
oportunis yang dapat memenangi tender yang sudah sangat transparan ini.
Proporsi Pengadaan Minyak Mentah
Berdasarkan data pengadaan minyak
mentah (MM) selama tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM
untuk suplai Kilang Pertamina adalah sebagai berikut:
MM Domestik : 65 %
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)
Pola pengadaan Minyak Mentah Impor menggunakan dua Pola, yaitu Spot dan
Term, dan biasanya dilakukan melalui tender oleh PES, kecuali yang tidak
diperdagangkan secara umum atau diperdagangkan secara terbatas seperti
ALC dan crude oil lainnya. Perbandingan antara total Spot Vs Term adalah
sekitar 30% Vs 70%.
Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1.
Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel
dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga
pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel
dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.
Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis
• Singapura merupakan pusat perdagangan MM dan produk BBM di kawasan
Asia dan tempat berkumpulnya trading arm/supplier MM dan produk BBM
.
Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM dunia,
seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
•
Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum
Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada
Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
• Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.
Beberapa anggota DPR periode 2009 lalu juga telah mengungkap korupsi
dibalik tender Petral ini. Ade Daud dan mantan anggota DPR Boy Saul,
beserta kuasa hukum Johnson Panjaitan menyambangi kantor Petral. Mereka
meminta klarifikasi perihal dugaan kolusi dalam praktik tender.Selain
dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan
Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia).
Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama
dengan kedua perusahaan minyak tersebut dalam kerangka kerjasama Ascope
(Asean Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama
antaperusahaan
minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan
untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up harga.
Adapun, pembelian bensin premium selalu diadakan melalui tender terbuka
yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company (MOC).
Petral membeli bensin premium setiap bulan lebih dari 8 juta barel.
Untuk pengadaan solar secara spot, Petral menggelar tender terbuka yang
diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk pengadaan jangka panjang ditunjuk
empat perusahaan minyak yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas
Malaysia, PTT Thailand, dan S-Oil milik Saudi Aramco.
Penunjukan keempat perusahaan tersebut bertujuan untuk mencegah trader
Singapura menimbun dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta
praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.
Sejarah
Petral, yang tadinya bernama Perta Oil, mulai digemukkan.
Caranya dengan memberikan kontrak jangka panjang impor minyak Pertamina.
Anak perusahaan yang sahamnya pernah dipegang Bob Hasan dan Tommy
Soeharto itu juga dilibatkan dalam tender impor minyak. Sejak saat
itulah, porsi impor dari tender, yang sebelumnya 80 persen, diturunkan
menjadi 20 persen. Sebaliknya, porsi impor dari kontrak dinaikkan dari
20 persen menjadi 80 persen. Hanya dalam waktu tiga tahun, kinerja
Petral yang diberi modal awal US$ 30 juta itu semakin mengkilap. Volume
perdagangannya naik dari 155 ribu barel per hari pada 2001 menjadi 321
ribu barel per hari pada 2002, dan 365 ribu barel per hari pada 2003.
Petral menjadi terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Vittol. (FHM)
kami ajak teman2 tuips menghitung secara kasar berapa kerugian negara
akibat korupsi Petral/Pertamina/MRC cs. Data harga rata2 minyak mentah
dunia 2011 sesuai dept ESDM AS tahun : US$ 87.3/ barrel. Kita bulatkan
saja jadi US$ 87. Harga rata2 minyak produk (Gasoline dan Diesel) = US$
94 dan US$ 102 / barrel. Ini utk kualitas tinggi. Kalau gasoline =
pertamax super.
Tahun 2011 Petral beli minyak produk Gasoline rata2 US$ 118/ barrel dan
Solar/ Diesel US$ 123/ barel. Jumlah pembelian 200,6 juta/barrel,
Artinya selisih harga beli impor Petral US$ 20/ barel dari harga rata2
crude, Gasolide dan Diesel/Solar. Berapa kerugian negara / rakyat?,
Kerugian negara/uang rakyat yg dicuri Petral dan Mafia Minyak Thn 2011 =
200,6 juta barel x US$ 20= US$. 4.012 M atau Rp. 37 triliun !!.
Informan saya broker minyak Singapore bilang : “Kalian orang Indonesia
BODOH !! ditipu mafia minyak dan Petral puluhan tahun !!!!”, Dia
lanjutkan : harga minyak brent saja paling tinggi tercatat sepanjang thn
2011 hanya US$ 126. itu pun sebentar..rata2 dibawah US$ 100, Harga
minyak mentah/crude rata2 US$ 87 / barrel. Petral beli dengan harga
rata2 thn 2011 US$ 103 / barel ! Gilaaaaaaaaak !!, petral beli 66 juta
barel Crude tahun 2011. Selisih harga beli minyak impor Crude Petral =
US$ 26 / barel x 66 juta = US$ 1.716 Milyar !. petral beli 66 juta barel
Crude tahun 2011. Selisih harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26
/ barel x 66 juta = US$ 1.716 Milyar !
Apakah itungan tersebut abal2? Silahkan ada google ttg harga rata2
minyak dunia, harga beli petral, volumenya dan jenis2nya..silahkan !
Lalu anehnya (seperti kebingungan alm. Wamen ESDM) : RI impor gasoline
kualitas tinggi, kok Pertamax volumenya sedikit yg beredar?, Nah, minyak
produk / Gasoline/ Pertamax plus yg diimpor Petral itu DIOPLOS oleh
mafia2 minyak. Dicampur dgn premium oktan rendah !!. Minyak mentah/Crude
kita pun dioplos oleh mafia minyak dan petral. 1/3 kualitas bagus yg
harganya 80-100/barrel dioplos 2/3 minyak jelek.
Kasus minyak mentah oplosan inilah yg sempat tertangkap dan dikenal dgn
kasus kasus ZATAPI. Hanung cs/ pejabat2 Pertamina jd tersangka. kilang
minyak RI kapasitasnya terbatas. Banyak yg rusak tapj sengaja tdk
diperbaiki agar impor minyak produk semakin naik tiap tahun.
Bgmn cara Petral mengakali harga beli minyak mentah/ produk yg dimark up
itu? Caranya : beli minyak mentah RI dgn harga tinggi juga, Contoh :
harga minya mentah dunia US$ 85 / barrel. Tapi Petral bilang ke
Pertamina, dia beli harga minyak RI seharga US$ 100/barrel. Sehingga
jika Petral beli harga minyak mentah middle east dan africa seharga US$
103/barrel, seolah2 harga itu sdh murah. Trus, tidak akan ada timbul
pertanyaan ketika Petral beli harga produk US$ 118 atau US$ 123 /
barrel. Pdhl biaya pengolahan hny US$ 2,52. Semua pemain minyak dunia
tahu persis bhw selisih minyak mentah dan produk tidak sampai US$ 10/
barrel. Sdh termasuk biaya distribusi.
Apakah itungan tersebut abal2? Silahkan ada google ttg harga rata2
minyak dunia, harga beli petral, volumenya dan jenis2nya..silahkan !
Lalu anehnya (seperti kebingungan alm. Wamen ESDM) : RI impor gasoline
kualitas tinggi, kok Pertamax volumenya sedikit yg beredar?, Nah, minyak
produk / Gasoline/ Pertamax plus yg diimpor Petral itu DIOPLOS oleh
mafia2 minyak. Dicampur dgn premium oktan rendah !!. Minyak mentah/Crude
kita pun dioplos oleh mafia minyak dan petral. 1/3 kualitas bagus yg
harganya 80-100/barrel dioplos 2/3 minyak jelek.
Kasus minyak mentah oplosan inilah yg sempat tertangkap dan dikenal dgn
kasus kasus ZATAPI. Hanung cs/ pejabat2 Pertamina jd tersangka. kilang
minyak RI kapasitasnya terbatas. Banyak yg rusak tapj sengaja tdk
diperbaiki agar impor minyak produk semakin naik tiap tahun.
Silahkan anda teman2 tuips google..berapa total biaya pengolahan minyak
mentah menjadi minyak produk, biaya distribusi : US$ 5 -9/barel, Kita
rakyat Indonesia senasib sepenanggungan telah ditipu dan dirampok oleh
Mafia Minyak, Petral dan Pertamina dengan beking penguasa. 2 minggu yg
lalu Ketua MK Mafhud MD teriak : PERTAMINA PALING KORUP !! Pertamina
gertak mau somasi, eeh..diam2 datang ke rumah Mahfud. Metro TV kelepasan
bicara mafia minyak di Saresahan Anak Negeri..Pertamina siram uang ke
Metro TV..amaan..gilaaaaaak !!.
Korupsi mafia minyak, pertamina dan petral ini harus dihentikan !!
Rakyat yg harus hentikan. Ada lagi skenario mereka utk bobol Negara.
Saya sudah diinfokan oleh pemain2 minyak singapore, sebentar lagi akan
ada proyek X puluhan triliun. Bobol uang negara juga, Nanti jika data2
sudah ditangan, saya akan bongkar rencana korupsi puluhan triliun Proyek
X yg penuh mark up itu. Anda ingat ketika ribuan mobil rusak karena
pump oil jebol? Itu akibat oplosan minyak impor dan premium otkan rendah
yg keterlaluan.
Intinya, mafia2 minyak ini terus merampok uang negara dan rugikan
rakyat. Apalagi 2014 semakin dekat. Mereka hrs siapkan 15-20 trliun.
Saya hanya beri pencerahan kepada rakyat & rakyat harus sadar musuh
utama kita adalah : Mafia minyak, mafia anggaran, mafia tambang dst.
Sekian dulu..saya ada janji ketemu relasi pukul 2 siang ini…terima kasih. Mari kita usir para mafia penghisap darah rakyat !
PT Petral, anak perusahaan Pertamina diminta untuk tidak berkantor di
Singapura. Seharusnya berkantor dan menggunakan bendera Indonesia.
Pasalnya, kalau di Singapura, tidak akan memberikan keuntungan bagi
Indonesia. Kita kehilangan potensi pajak. Kemudian Indonesia akan
kesulitan melakukan pengawasan terhadap kinerja Petral.
Pendapat tersebut disampaikan mantan Anggota DPR, Ade Daud Nasution kepada Zulkarmedi Siregar. Berikut keterangan lengkapnya :
Sebagai mantan Anggota Komisi VII DPR yang membidangi soal energi,
bagaimana Anda melihat pengelolaan energi kita khususnya yang dilakukan
Pertamina selama ini?
Pengelolaan minyak kita memang sangat berbeda dengan pihak asing. Kalau
di luar, terpusat pada satu titik, angkanya mencapai rata-rata 1 juta
barel. Kalau kita berserakan pada titik-titik, hanya pada angka 5000
barel. Minyak kita itu tidak bisa dikelola lebih jauh, tidak bisa dibuat
turunannya. Minyak yang didelola di Duri, Riau itu misalnya, hanya bisa
dipakai langsung dibakar.
Anda bersama beberapa aktivis pernah melaporkan Petral ke KPK soal
adanya tudingan korupsi. Apa sebenarnya yang Anda laporkan ke KPK?
Petral beli minyak dari Azerbaijan, seharusnya dilaksanakan pembeliannya
secara G to G. Ini malah menggunakan pihak ketiga, yakni melalui
perusahan perdagangan minyak Thailand, PTT. PTT oleh Petral disebut bisa
menjual lebih murah. Tapi berdasarkan data yang kita peroleh ternyata
lebih mahal. Kenapa kita beli dari Azerbaijan? Minyak Azerbaijan itu
memang cocok dengan kondisi kita.
Seperti apa datanya?
Data yang kita peroleh, Petral menyebut harga minyak yang dibeli dari
PTT Thailand US$ 2,75, tapi Azerbaijan menawarkan hanya US$2,70. Itu
artinya ada selisih 5 sen. Itu pun belum negosiasi, karena ini kan
perjanjian G to G. Dari harga pengangkutan kapal bisa turun, dari biaya
asurasni bisa turun, cara bayar, kalau pakai LC akan lebih mahal
daripada menggunakan telegrafic, barang jalan dan setelah sampai baru
bayar.
Sejauh mana kebenaran pernyataan Ketua MK, Mahfud MD, yang menuding Pertamina sarang korupsi?
Semua lembaga negara ini semua hampir korupsi, bukan hanya Pertamina.
DPR lebih gila lagi. Pertamina lebih banyak lagi proses pengawasannya
yang ketat. Prosesnya pengelolaan sudah memiliki manajemen yang baik,
pengawasan internal dan eksternalnya ada, jadi lebih sulit untuk
melakukan korupsi. Banggar DPR semua main. Wa Ode akan bongkar semua.
Artinya, dengan sistem dan pengelolaan manajemen yang diterapkan Pertamina memang sulit untuk terjadinya korupsi?
Korupsi tetap ada saja. Ini kan persoalan mental. Apakah seseorang yang
bekerja di Pertamina, memang niatnya bekerja atau mencari duit secara
tidak benar.
Apakah benar Pertamina masih dijadikan bancakan oleh berbagai pihak termasuk partai politik?
Pertamina, melalui Petral membeli minyak satu bulannya US$ 32 miliar .
Untuk itu harus ditata. Apakah pantas Pertamina menunjuk Petral yang
berdomisili di Singapura. Apakah memang di Indonesia tidak mampu, tidak
memiliki sarana komunikasi, sistem perbankan yang kondusif. Pertamina
sekarang sudah memiliki balance, neraca perhitungan rugi laba yang
transparan, waktu saya menjadi anggota DPR periode 2004-2009 belum ada.
Bisnis perdagangan minyak memang bukan remeh temeh. Coba saja dihitung,
setiap hari, Indonesia mengimpor minyak mentah 300.000 barel dan bahan
bakar minyak (BBM) 500.000 barel atau totalnya 800.000 barel.
Kalau harga impor minyak mentah dan BBM disamakan saja sebesar 100 dolar
AS per barel, maka setiap hari, uang yang ditransaksikan mencapai 80
juta dolar atau Rp720 miliar.
Dalam setahun, jumlahnya berlipat menjadi Rp260 triliun. Suatu angka yang menggiurkan siapa pun.
Meganya bisnis perminyakan juga sering kali menimbulkan spekulasi adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya.
Dalam konotasi negatif, mereka sering disebut mafia minyak.
Mereka, di antaranya dituding membuat industri perminyakan di Indonesia
menjadi tidak efisien, mengendalikan bisnis minyak PT Pertamina
(Persero), yang dijalankan anak usahanya, Pertamina Pertamina Energy
Trading Limited (Petral), dan memperoleh “fee” hingga triliunan rupiah.
Namun, hingga kini, tudingan tersebut masih belum ada kebenarannya.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto
berpendapat, besarnya bisnis minyak, membuat tidak semua pihak punya
kemampuan melakukannya.
Dengan demikian, secara alamiah, pasar minyak memungkinkan terjadinya penguasaan beberapa pedagang (trader) saja.
“Hal inilah yang kemudian diasosiasikan sebagai kartel atau dalam konotasi yang cenderung negatif adalah mafia minyak,” katanya.
Petral sendiri juga telah berulang kali membantah proses tender baik minyak mentah maupun BBM diatur mafia.
Pada akhir Februari 2012, Petral menunjukkan proses transparansi tender
minyak kepada belasan wartawan asal Indonesia yang diundang secara
khusus ke kantornya di Kawasan Orchard, Singapura.
Para wartawan diperlihatkan proses tender minyak mentah sebanyak 4-6
kargo atau sekitar 2,4-3,4 juta barel untuk memenuhi kebutuhan Mei 2012.
Untuk tender itu, Petral mengundang 52 perusahaan yang memang sudah terdaftar sebagai rekanan minyak.
Undangan tender disampaikan melalui surat elektronik beberapa hari sebelumnya.
Dari hasil tender yang dilakukan melalui elektronik itu, sebanyak 13 rekanan memasukkan penawaran dengan total 33 kargo.
Presdir Petral Nawazir mengatakan, sistem tender yang dipakai saat ini berbeda dengan dulu.
Petral kini memakai sistem tender yang menjamin proses berlangsung adil dan transparan.
“Siapa pun yang mampu, boleh ikut tender, sehingga kami bisa memilih penawar dengan harga terbaik,” ujarnya.
Pertamina setidaknya memiliki 53 rekanan impor minyak mentah dan pemasok BBM sekitar 30 perusahaan.
Di antara rekanan terdaftar tersebut adalah BP, Shell, Chevron, ENI,
ExxonMobil, StatOil, Total Trading, PTT Thailand, dan Itochu.
“Bagaimana kami bisa atur tender yang diikuti perusahaan kelas dunia itu,” kata Nawazir.
Pada 2011, dengan sistem tersebut, Petral mencatat efisiensi impor BBM
senilai 283 juta dolar AS atau Rp2,6 triliun, karena realisasi harga di
bawah pasar.
Pasokan minyak mentah Pertamina berasal dari domestik 67 persen, 13
persen diimpor langsung dari Saudi Aramco, dan 20 persen impor melalui
Petral.
Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume perdagangan minyak
mentah dan produk BBM sebanyak 266,42 juta barel. Terdiri atas minyak
mentah 65,74 juta barel atau rata-rata 180.000 barel per hari dan produk
jadi 200,68 juta barel atau 550.000 barel per hari.
Pada 2011, Petral membukukan laba bersih 47,5 juta dolar AS atau naik 53 persen dibandingkan 2010.
Selain “trader”, Petral yang didirikan di Hongkong juga berfungsi sebagai “market intelligent” bagi Pertamina.
Laporkan
Pri Agung menyarankan, kalau memang ada pihak tertentu mempunyai bukti
keterlibatan mafia minyak yang merugikan negara atau Pertamina, maka
sebaiknya melaporkannya ke pihak berwenang seperti KPK dan kepolisian.
Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VIII DPR, Achmad Rilyadi.
Menurut dia, pelaporan ke KPK akan memberikan kejelasan peran mafia minyak sesungguhnya.
“Apakah memang benar ada mafia atau tidak? Dengan demikian, tidak ada dusta di antara kita,” ucap politisi asal PKS tersebut.
Sementara, kolega Pri Agung di ReforMiner, Komaidi Notonegoro
mengatakan, terlepas dari ada atau tidaknya mafia minyak, pemerintah
perlu membenahi tata kelola industri migas.
Pada sektor hulu, pemerintah mesti meningkatkan kinerja baik produksi maupun cadangannya yang kini terus menurun.
Demikian pula hilirnya, perlu dilakukan upaya menutup defisit yang terus meningkat.
“Pemerintah perlu tegas memacu dan melindungi sektor migas baik di hulu maupun hilir,” ujarnya.
Di samping itu, menurut dia, program pengalihan konsumsi BBM, khususnya
transportasi ke gas yang tersedia melimpah di dalam negeri juga akan
mengurangi peran mafia minyak.
“Kalau semua sudah pakai gas, maka tidak ada lagi mafia minyak,” kata Komaidi.
Pengembangan gas dan energi alternatif lain seperti panas bumi, angin,
surya, air, dan nabati juga merupakan wujud diversifikasi pasokan
energi.
Sementara, produk BBM atau minyak mentah yang harganya relatif mahal sebaiknya diekspor, sehingga diperoleh devisa.
“Ini juga dilakukan Iran. Mereka menggunakan gas dan nuklir untuk
memenuhi kebutuhan energi domestiknya, sedangkan minyak diekspor untuk
membangun bangsanya,” katanya.
Hata rajasa adalah salah satu tokoh mafia minyak yang bergabung di PETRAL.
Upaya lainnya adalah menaikkan harga BBM sesuai keekonomiannya, sehingga
kalaupun ada mafia yang bermain, tertutup peluang dan geraknya.
Kenaikan harga BBM juga membuat APBN tidak terbebani beban subsidi sekaligus mengurangi penyalahgunaan distribusi.
“Untuk itu, sekali lagi diperlukan keseriusan semua pihak, terutama pemerintah untuk mewujudkannya,” katanya.
Pada akhirnya, kalau itu semua dilakukan, diharapkan ketahanan energi dapat tercapai dan dipertahankan secara berkelanjutan.
Isu korupsi seputar penjualan Minyak anak usaha PT Pertamina, Pertamina
Energy Trading Ltd ( PT Petral )kembali menjadi bola panas. Isu ini
memang sudah lama digemboskan ke publik, tetapi tak jelas eksekusinya.
Desakan pengusutan korupsi Petral ini pertama kali keluar dari mulut
Ketua DPR RI Marzuki Alie tanggal 22/2/2012 lalu. Marzuki meminta
pemerintah mengevaluasi PT Petral yang diduga melakukan penyelewengan
tender minyak. PT Petral diduga telah merugikan negara dengan membeli
minyak tanpa tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu perbarel setiap
hari. Diduga total minyak yang dibeli Petral mencapai USD 18 miliar per
tahun.
Menurut Marzuki, praktik-praktik yang dilakukan oleh PT Petral terkait
ekspor-impor minyak mentah atas kerjasama dengan PT Pertamina itu
melanggar ketentuan hukum soal pengadaan tender proyeknya. Marzuki
meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus ini.
Pasalnya, berdasarkan keterangan yang dia peroleh, ada indikasi dugaan
korupsi yang didasarkan pada tindakan pratik yang dianggap mencurigakan
serta soal laporan transparansi transaksi keuangan dari PT Pertamina
terkait yang dilakukan oleh PT Petral. Pernyataan Marzuki itu seolah
ingin membuka kota pandora dari Petral.
Betapa tidak, pada hari yang sama (22/2/2012; Baca, Vivanews) Menteri
BUMN, Dahlan Iskan, selaku pemegang saham Pertamina langsung
mengeluarkan pernyataan. Dahlan memandang Petral mengganggu citra dan
kinerja PT Pertamina. Dahlan mengusulakan agar membubarkan Petral.
Dahlan menjelaskan, citra Pertamina sering terganggu oleh isu mengenai
Petral sebagai tempat korupsi. Petral yang berkantor di Singapura
dituduh orang-orang sulit mengontrol dan direksi Pertamina mendapatkan
komisi dari transaksi Petral.Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu untuk
membubarkan Petral, dan ternyata dirut Pertamina pun menyetujui
usulannya. Dengan pembubaran Petral, maka citra Pertamina yang saat ini
sedang membangun GCG tidak akan terganggu. Dirut Pertamina sendiri
mempunyai opsi lain, yaitu memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak
lagi menjadi anak perusahaan Pertamina.
Pernyataan Dahlan inipun ditanggapi positif oleh Rhanald Kasali (Guru
besar Manajemen UI, Bubarkan Petral? Baca; Kompas, 1/3/2012). Menurut
Kasali gagasan membubarkan Petral yang diajukan Dahlan adalah sebuah
gagasan tulus agar Pertamina bersih dari urusan politik. Tetapi ini
harus dijawab apakah benar Petral dibubarkan? Apakah benar jika ditaruh
di Jakarta terjamin bersih? Kasali mengatakan, Petral harus dijauhkan
dari politisi.
Apalagi Kasali mengaku pernah melakukan riset soal Petral sampai ke
Singapura seputar perusahaan dagang termasuk Petral. Setelah proses
transformasi tahun 1999, Petral sudah menjadi milik Pertamina dan
berevolusi dari broker menjadi anak usaha yang fokus pada trading.
Kasali mengatakan perdagangan minyak di Singapura berlomba-lomba
mempengaruhi harga dan tendernya diselenggarakan oleh Platts (Mid Oil of
Plats).
Pertannyannya yang perlu diajukan adalah mengapa Petral harus dijauhkan dari Politisi? Bukankah Marzuki adalah politisi?
Dinamika politik kita terlihat bahwa sesama politisi saling membuka
kotak hitam sesama lawan politiknya. Lebih khusus ketika Parpol yang
dikendarainya sedang oleng. Marzuki adalah politisi Partai Demokrat (PD )
yang sedang ini dalam sakratul maut akibat kasus suap yang menyeret
mantan Bendahara Partainya, M. Nazarudin. Lantas apakah pernyataan
Marzuki perlu ditelusuri lebih lanjut?
KPK seharusnya menangkap peluang dari konspirasi jahat para politisi
ini, karena dalam keadaan gawat darurat, mereka saling membongkar aib
para lawan politiknya. Apalagi Marzuki sendiri memiliki banyak bisnis di
dunia Migas dan sekarang sedang gencar membangun smelter di Papua.
Politisi yang sudah malang-melintang di bisnis pertambangan dan migas
tentu mengenal kawan-lawannya.
Politisi Partai Demokrat kelahiran Palembang, 6 November 1955 ini, kini
menjabat sebagai Ketua DPR dan salah satu figur penting di Partai
Demokrat karena ia menjabat sebagai wakil ketua dewan pertimbangan
partai.
Marzuki tercatat sebagai Presiden Komisaris PT GLOBAL PERKASA INVESTINDO
sejak 2006. Perusahaan ini berencana membangun copper smelter di
Timika, Papua dengan estimasi produksi 400,000 tons copper cathode per
tahun. Itu berarti lebih besar dari PT Smelting Co (270,000 tons per
tahun) di Gresik, Jawa Timur, dimana PT Freeport Indonesia memiliki 25%
sahamnya.Salah satu sumber informasi menjelaskan bahwa PT Global Perkasa
Investindo is an exclusive Natural Resources company.
Sumber informasi lainnya:
http://www.sisminbakum.go.id, menyatakan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan global yang bergerak dalam bidang besi baja.
Sumber informasi lainnya:
http://www.bumn.go.id/pln/galeri/foto/plta-terbesar-di-papua-direktur-utama-p-2542/,
mengungkapkan bahwa PT Global Perkasa Investindo pada 11 Juni 2011
lalu, di Jakarta, telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan China
Huadian Engineering Co. Ltd Internasional Company untuk melaksanakan
studi pengembangan potensi tenaga air sungai Yawei di Papua yang
nantinya akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di
provinsi tersebut. Sungai Yawei ini terletak lebih kurang 70 km sebelah
barat Timika, ibu kota kabupaten Mimika, propinsi Papua.
Wajar jika Dahlan mengusulkan tugas yang selama ini diemban Petral untuk
jual-beli minyak mentah dan BBM akan ditangani oleh PT Perusahaan
Perdagangan Indonesia. “Karena ini kan masalah trading, tapi ini baru
gagasan,” katanya.
Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral membeli minyak mentah dan
dikelola di kilang minyak Pertamina jangan ditangani oleh dua direktur
Pertamina seperti dahulu.
Namun, beberapa pihak menolak Petral dibubarkan. Pusat Studi Kebijakan
Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina
Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu untuk dibubarkan.
Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan yang perlu dilakukan yaitu lebih
meningkatkan sistem dan pengawasannya guna meminimalisir penjualan
minyak ilegal. Menurutnya, jika Petral dibubarkan dan dibuat lagi Petral
lain sepanjang masih ada orang-orang kuat tersebut tetap saja
perusahaan dan orang-orangnya itu tidak akan berani menentang dan
melawan perintah orang-orang kuat tersebut apalagi jika dalam permainan
itu juga memberi keuntungan pribadi buat mereka.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan,
Petral secara normal sebagai sole trading arm melaksanakan kegiatan
trading Pertamina. Pertamina sebagai induk perusahaan memberikan
dukungan
penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap menjalankan fungsinya
dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam
negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa
dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan
dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur
Karen Agustiawan.
Keberadaan Petral sebagai sole trading arm yang sekaligus menjalankan
fungsi market intelligent bagi Pertamina, merupakan best practices dalam
bisnis trading minyak mentah dan produk BBM yang terjadi di pasar
global. Bahkan, dengan dukungan kompetensi yang dimiliki Petral,
Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan minyak mentah dan
produk BBM senilai US$283 juta selama 2011 lalu.
Petral saat ini tercatat sebagai perusahaan peringkat 8 besar dari 1.000
perusahaan terbesar yang menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS
Caltex Singapore Pte Ltd (ke-9), Sinochem International Oil (Singapore)
Pte Ltd (ke-12), Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell
Eastern Petroleum (Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd
(ke-25), ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan
Singapore Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual
Ranking Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000
tahun 2012. Petral juga merupakan salah satu dari sedikit perusahaan
yang mendapatkan corporate tax incentive
dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.
Saat ini Petral juga telah mengembangkan bisnis, di samping sebagai
pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung ketahanan energi nasional,
yang diharapkan akan menjadi salah satu pemain utama bisnis trading
minyak mentah dan BBM di pasar regional. Untuk mendukung pengembangan
bisnis tersebut, Petral bersama Pertamina telah memulai pengembangan
Hyperterminal BBM Pulau Sambu berkapasitas 3 juta barel dan Terminal BBM
Tanjung Uban 2,5 juta barel yang akan mendukung bisnis Petral dan
ketahanan energi dalam negeri.
Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun
menambahkan kepercayaan pasar dan mitra merupakan modal kunci dalam
bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar global. Petral telah
memperoleh
kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan
mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.Ketidakpastian
informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah
mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa
berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Energy Trading Ltd Nawazir
mengatakan pada prinsipnya pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah
dilakukan dengan cara tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan
terdaftar. Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan
perusahaan yang telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha
Terseleksi (DMUT) Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk
mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di
Indonesia.
Untuk mengikuti tender, Petral membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk
setiap perusahaan yang berminat, asalkan dapat memenuhi persyaratan
minimal yang ditetapkan. Persyaratan ini diperlukan untuk mencegah
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak terjadi gagal
suplai yang menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Tunjuk Langsung
Pengadaan beberapa minyak mentah yang tidak dijual bebas atau terbatas,
yang dilakukan secara langsung kepada perusahaan nasional produsen
maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen untuk memasarkan minyak mentah
tersebut. Contoh penunjukan langsung adalah pengadaan Arab Light dari
Aramco yang tidak diperjualbelikan secara bebas, dan Azeri dari PTT
Thailand, yang mempunyai penyimpanan minyak mentah Azeri yang terbesar
di luar Azerbaijan.
Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan
dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia). Khusus untuk
PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua
perusahaan minyak nasional tersebut dalam kerangka kerjasama ASCOPE
(ASEAN Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan
minyak nasional di ASEAN.
Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM, diperlukan pengetahuan pasar dan
keahlian trading yang tinggi. Strategi untuk pembelian harus ditentukan
untuk mencegah harga melambung tinggi dan menghindari mark-up. Untuk
penunjukan langsung harus dilakukan kepada Perusahaan Minyak Nasional
(National Oil Company seperti Aramco, KPC, Petronas dan PTT). Hal ini
sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktek broker dan
mark-up harga. Perusahaan Minyak Nasional dikenal melarang praktek
broker dan uang komisi dan selalu mempunyai pengawas internal dalam
mencegah praktek korupsi.
Adapun, pembelian bensin Premium selalu diadakan melalui tender tender
terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company
(MOC). Petral membeli bensin Premium setiap bulan lebih dari 8 juta
barrel. Supplier yang sering memenangkan tender bensin Premium adalah
Arcadia, Total, Glencore, Vitol, Concord, Verita, Gunvor, PPT, Kernel,
Bp, Unipec, Petrocina, Petronas, Shell, Trafigura, SK, Conoco. Pembelian
bensin Premium dilakukan secara tender karena produsennya kebanyakan
adalah para Trader di Singapura yang melakukan proses blending di
Singapura.
Untuk pengadaan Solar secara spot dilakukan tender terbuka yang diikuti
oleh 30 perusahaan yang terdaftar. Sedangkan pengadaan jangka panjang,
ditunjuk empat Perusahaan Minyak Nasional yaitu Kuwait Petroleum
Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand dan S-Oil yang dimiliki oleh
Saudi Aramco.
Keempat perusahaan minyak tersebut mempunyai kilang minyak yang
memproduksi Solar. Penunjukan keempat Perusahaan Nasional tersebut untuk
mencegah para trader Singapura melakukan penimbunan dan spekulasi harga
yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi
ke Singapura.
Pemegang Saham Petral dan Kinerja Petral merupakan perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan Companies Ordinance Hong Kong, berkedudukan
di Hong Kong. Saat ini, sebanyak 99,83% saham Petral dikuasai oleh PT
Pertamina (Persero) dan sisanya dimiliki oleh Presiden Direktur Petral
sebagaimana diatur dalam Companies Ordinance Hong Kong.
Petral membukukan trading 2011 sebanyak 266,42 juta barel yang terdiri
dari 65,74 juta barel minyak mentah dan 200,68 juta barel berupa produk.
Dari aktivitas perdagangannya, Petral membukukan pendapatan sebesar
US$31,4 miliar dengan profit margin sebesar US$47,5 juta. Petral
berhasil membukukan efisiensi harga yang didapat terhadap market price
pada tahun 2011 adalah Rp2,6 T untuk pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON
& HSD 0.35% S) serta Rp0,4 T untuk pengadaan Crude impor.
Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:
• Penunjukkan kepada Petral dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran harga pasar yang sebenarnya, dikarenakan Anak Perusahaan
bertindak sebagai Trading Arm yang menjalankan fungsi Market
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
• Berada di tengah pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan pengadaan.
• Untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.
Persyaratan Menjadi Rekanan Petral
Saat ini sesuai dengan Surat
Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No.
RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai
single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura.
Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha
yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi
(DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang
reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan
krisis BBM di Indonesia.
Kriteria peserta tender :
1. Listed company pada major global stock
exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh
negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi,
pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau
petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50
juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit
oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3.
Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya
kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau
mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract
fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas
trading yang ada.
Best Practices kegiatan trading MM/BBM di global market yang dilakukan
oleh perusahaan minyak lain, juga menggunakan Trading Arm (sebagian
besar di Singapore) seperti halnya Pertamina. Sebagai contoh:
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina – PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited• Petronas – Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch
Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore
- Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan minyak mentah dari Pertamina.
- Berdasarkan
permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para
supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra
usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department
Petral
- Undangan
yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli,
kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang
Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing
masing Perusahaan dalam DMUT.
- Para
supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan
tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan
oleh management Petral.
- Kemudian
dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim
tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi
trader, keuangan dan risk management.
- Harga
terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama
perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina
dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak
mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa
penjual minyak mentah tersebut.
- Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
- Petral
kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih
baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan
tersebut.
Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir
Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
- Bulan
Januari 2012 : Akpo dibeli dari Verita Oil, Azeri dibeli dari PTT
Thailand, Nemba dibeli dari Verita Oil, Bonny Light dibeli dari Vitol,
Seria dibeli dari Verita Oil dan Girassol dibeli dari Repsol.
Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT
Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua
Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli
dari Eni.
Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
- Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari
Total,
Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil. Dari data di
atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT
Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan
untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan
Crude Azeri dengan harga yang paling murah.
Setelah tender dilaksanakan di Singapura oleh Petral, terlihat
pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender hanya bisa dimenangkan
oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain minyak yang mempunyai nama
besar dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi perusahaan-perusahaan
oportunis yang dapat memenangi tender yang sudah sangat transparan ini.
Proporsi Pengadaan Minyak Mentah
Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama tahun 2011, secara
garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina adalah
sebagai berikut:
MM Domestik : 65 %
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)
Pola pengadaan Minyak Mentah Impor menggunakan dua Pola, yaitu Spot dan
Term, dan biasanya dilakukan melalui tender oleh PES, kecuali yang tidak
diperdagangkan secara umum atau diperdagangkan secara terbatas seperti
ALC dan crude oil lainnya. Perbandingan antara total Spot Vs Term adalah
sekitar 30% Vs 70%.
Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1.
Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel
dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga
pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel
dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.
Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis
• Singapura merupakan pusat perdagangan MM dan produk BBM di kawasan
Asia dan tempat berkumpulnya trading arm/supplier MM dan produk BBM
. Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM
dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
• Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum
Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada
Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
• Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.
Beberapa anggota DPR periode 2009 lalu juga telah mengungkap korupsi
dibalik tender Petral ini. Ade Daud dan mantan anggota DPR Boy Saul,
beserta kuasa hukum Johnson Panjaitan menyambangi kantor Petral. Mereka
meminta klarifikasi perihal dugaan kolusi dalam praktik tender.Selain
dengan dua perusahaan itu, pengadaan langsung juga dilakukan dengan
Kuwait Petroleum Company dan Petronas (Malaysia).
Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia, Pertamina bekerja sama
dengan kedua perusahaan minyak tersebut dalam kerangka kerjasama Ascope
(Asean Council on Petroleum), yaitu wadah kerja sama antar perusahaan
minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan
untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up harga.
Adapun, pembelian bensin premium selalu diadakan melalui tender terbuka
yang diikuti oleh 28 perusahaan trader maupun Major Oil Company (MOC).
Petral membeli bensin premium setiap bulan lebih dari 8 juta barel.
Untuk pengadaan solar secara spot, Petral menggelar tender terbuka yang
diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk pengadaan jangka panjang ditunjuk
empat perusahaan minyak yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas
Malaysia, PTT Thailand, dan S-Oil milik Saudi Aramco.
Penunjukan keempat perusahaan tersebut bertujuan untuk mencegah trader
Singapura menimbun dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta
praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.