Rabu, 10 Desember 2014

Ical di-Palohkan Jokowi

Ical di-Palohkan Jokowi

OPINI | 10 December 2014 | 14:18 Dibaca: 60   Komentar: 0   1
Sumber photo : Media. Viva. co. id
Jangan dilihat Jokowi dari tampangnya, tetapi dari strateginya permainan politik. Kalau hanya dilihat dari wajahnya sampai kapan pun Jokowi tidak akan mampu menyaingi kegantengan aktor legendaris Marlon Brando. Ini bukan hinaan, tetapi fakta yang harus diungkap apa adanya bukan untuk Jokowi itu sendiri tetapi untuk penulis itu sendiri yang hingga sampai detik ini masih merenung kenapa wajahnya tak seganteng bintang film India yang di Antv, TV-nya India versi Indonesia.
Hal yang harus dilihat oleh siapapun yang melihat Jokowi atas intrik permainan politiknya yang makin hari makin kelihatan kelihayannya. Dalam hal ini Jokowi boleh sombong kepada Marlon Brando. Aksi strategi menjebak lawan ala Marlon Brando hanya  ada di televisi, sedangkan Jokowi beraksi dalam dunia nyata. Sebuah dunia politik yang rentan pengaruh politik uang dan kekuasaan. Dunia nyata memang asing bagi Jokowi. Jokowi lahir dari dunia usaha, terjun ke dunia birokrat kurang lebih 10 tahun terakhir ini. Aslinya dia bukan orang yang berlatar belakang politik, seperti halnya SBY dan Prabowo yang pernah hidup di ketiak poros kekuatan Golkar dan Suharto. Namun demikian, Jokowi sudah terlanjur basah di dunia politik. Alangkah lebih eloknya lagi dia mandi sekalian.
Aksi yang ingin dilakukan Jokowi adalah salah satunya menangkap pengemplang pajak, yakni Aburizal Bakri (Ical). Untuk memenjarakan seorang Ical, Selain Jokowi  perlu uji nyali dan keberanian, tetapi juga mencari lawan politik yang sepadan dengan Ical, mengingat Ical dikenal tidak hanya sebagai politisi yang syarat pengalaman, tetapi taipan yang tangguh dan licin. Saking licinnya, sampai detik ini, KPK pun dibuat mandul oleh kepiawaian Ical. Melalui perenungan mata batinnya dipilihlah Surya Paloh berdasarkan pada track record Surya Paloh yang pernah menjadi lawan head to headnya Ical. Jokowi pikir bahwa inilah kesempatan Surya Paloh untuk membuat perhitungan.
Surya Paloh menyepakati. Disusunlah rencana bersama Jokowi, tetapi diluar dugaan keputusan yang dihasilkan dari proses rencana yang matang sedikitnya menimbulkan kontra masyarakat dan pendukungnya pada pilpres lalu. Tetapi Jokowi akhirnya tunduk Surya demi satu tujuan menangkap Ical, walaupun juga dia harus abai pada prinsip dan dapat kecaman dari KPK. Apa yang diminta Surya terhadap Jokowi adalah jabatan Jaksa Agung harus berasal dari partainya. Jokowi dengan legowo menyetujuinya meski harus berhadapan KPK, sukarelawan, dan pendukungnya.
Dipilihnya HM Prasetyo melalui jalur kompromi antara Jokowi dan Surya Paloh mulai memainkan bola panas. Jokowilah yang pertama melempar bola panas, lalu bola panas dioper ke Surya Paloh. Disinilah peran Surya Paloh mengolah dan meracik strategi melalui Metro TV-nya agar bola panas terlempar keluar menimbulkan hawa panas bagi para penikmat Ical Haters. Setelah bola panas melebar ke setiap penjuru angin di bumi Indonesia. Dari sinilah, Jaksa Agung mulai menangkap bola panas, nantinya tidak sekedar menangkap bola panas, tetapi berani memenjarakannya siapa pemilik bola panas tersebut.
Perlu waktu dan keahlian untuk menangkap Ical bukan hanya omongan dan janji-janji kosong. Menangkap seorang Ical yang lihay tidak segampang meledakan kapal asing. perlu keberanian yang luar biasa dari Jokowi untuk mem-Palohkan Ical.  Ical licin bak belut


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda