Ical di-Palohkan Jokowi
Ical di-Palohkan Jokowi
OPINI | 10 December 2014 | 14:18
Dibaca:
60
Komentar: 0
1
Sumber photo : Media. Viva. co. id
Jangan dilihat Jokowi dari tampangnya,
tetapi dari strateginya permainan politik. Kalau hanya dilihat dari
wajahnya sampai kapan pun Jokowi tidak akan mampu menyaingi kegantengan
aktor legendaris Marlon Brando. Ini bukan hinaan, tetapi fakta yang
harus diungkap apa adanya bukan untuk Jokowi itu sendiri tetapi untuk
penulis itu sendiri yang hingga sampai detik ini masih merenung kenapa
wajahnya tak seganteng bintang film India yang di Antv, TV-nya India
versi Indonesia.
Hal yang harus dilihat oleh siapapun yang
melihat Jokowi atas intrik permainan politiknya yang makin hari makin
kelihatan kelihayannya. Dalam hal ini Jokowi boleh sombong kepada Marlon
Brando. Aksi strategi menjebak lawan ala Marlon Brando hanya ada di
televisi, sedangkan Jokowi beraksi dalam dunia nyata. Sebuah dunia
politik yang rentan pengaruh politik uang dan kekuasaan. Dunia nyata
memang asing bagi Jokowi. Jokowi lahir dari dunia usaha, terjun ke dunia
birokrat kurang lebih 10 tahun terakhir ini. Aslinya dia bukan orang
yang berlatar belakang politik, seperti halnya SBY dan Prabowo yang
pernah hidup di ketiak poros kekuatan Golkar dan Suharto. Namun
demikian, Jokowi sudah terlanjur basah di dunia politik. Alangkah lebih
eloknya lagi dia mandi sekalian.
Aksi yang ingin dilakukan Jokowi adalah
salah satunya menangkap pengemplang pajak, yakni Aburizal Bakri (Ical).
Untuk memenjarakan seorang Ical, Selain Jokowi perlu uji nyali dan
keberanian, tetapi juga mencari lawan politik yang sepadan dengan Ical,
mengingat Ical dikenal tidak hanya sebagai politisi yang syarat
pengalaman, tetapi taipan yang tangguh dan licin. Saking licinnya,
sampai detik ini, KPK pun dibuat mandul oleh kepiawaian Ical. Melalui
perenungan mata batinnya dipilihlah Surya Paloh berdasarkan pada track
record Surya Paloh yang pernah menjadi lawan head to headnya Ical.
Jokowi pikir bahwa inilah kesempatan Surya Paloh untuk membuat
perhitungan.
Surya Paloh menyepakati. Disusunlah rencana
bersama Jokowi, tetapi diluar dugaan keputusan yang dihasilkan dari
proses rencana yang matang sedikitnya menimbulkan kontra masyarakat dan
pendukungnya pada pilpres lalu. Tetapi Jokowi akhirnya tunduk Surya demi
satu tujuan menangkap Ical, walaupun juga dia harus abai pada prinsip
dan dapat kecaman dari KPK. Apa yang diminta Surya terhadap Jokowi
adalah jabatan Jaksa Agung harus berasal dari partainya. Jokowi dengan
legowo menyetujuinya meski harus berhadapan KPK, sukarelawan, dan
pendukungnya.
Dipilihnya HM Prasetyo melalui jalur
kompromi antara Jokowi dan Surya Paloh mulai memainkan bola panas.
Jokowilah yang pertama melempar bola panas, lalu bola panas dioper ke
Surya Paloh. Disinilah peran Surya Paloh mengolah dan meracik strategi
melalui Metro TV-nya agar bola panas terlempar keluar menimbulkan hawa
panas bagi para penikmat Ical Haters. Setelah bola panas melebar ke
setiap penjuru angin di bumi Indonesia. Dari sinilah, Jaksa Agung mulai
menangkap bola panas, nantinya tidak sekedar menangkap bola panas,
tetapi berani memenjarakannya siapa pemilik bola panas tersebut.
Perlu waktu dan keahlian untuk menangkap
Ical bukan hanya omongan dan janji-janji kosong. Menangkap seorang Ical
yang lihay tidak segampang meledakan kapal asing. perlu keberanian yang
luar biasa dari Jokowi untuk mem-Palohkan Ical. Ical licin bak belut

0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda