ICal Kalah Gertak Dengan Agung Laksono

Wisnu Aj
Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti selengkapnyaICal Kalah Gertak Dengan Agung Laksono
OPINI | 10 December 2014 | 14:34
Dibaca:
15
Komentar: 1
0
Fhoto/Merdeka.com
Di
dalam dunia politik tidak mengenal adanya teman sejati dan musuh abadi,
yang ada hanyalah kepentingan. Perobahan sikap yang di perlihatkan oleh
ARB untuk mendukung Perpu Pilkada
langsung, karena disana adanya kepentingan Partai Golkar yang di ketuai
oleh ARB. Walaupun sebelumnya Penolakan Perpu Pilkada Langsung itu
salah satu dari rekomendasi hasil keputusan Munas Bali.
Berobahnya
sikap ARB dalam mendukung Perpu Pilkada Langsung, karena adanya ancaman
yang di keluarkan oleh Ketua Umum partai Golkar versi Munas Ancol
Jakarta Agung Laksono, yang akan menarik Partai Golkar untuk keluar dari
Koalisi Merah Putih (KMP) dan mendukung pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi) – Jusuf kalla (JK). Keluarnya Partai Golkar dari KMP dan
mendukung Pemerintahan Jokowi – JK maka secara otomatis pula Partai
Golkar di bawah kepemimpinan Agung Laksono akan mendukung Perpu Pilkada
Langsung.
Melihat
dari perobahan sikap ARB dan ancaman Agung Laksono yang akan menarik
Partai Golkar dari KMP dan mendukung Pemerintahan Jokowi – JK masing
masing kedua kubu berharap agar Pemerintah bersimpatik dan dapat bersikap lunak untuk mengesahkan kepengurusan Partai Golkar dari masing masing masing kubu.
Terlepas
dari hal diatas. Memang terlihat ARB kalah gertak dengan Agung Laksono.
Seperti apa yang di katakana oleh Salah satu pengurus Partai Golkar
versi Munas Bali Rizal Malaranggeng kepada media mengatakan, dengan
keadaan dan kondisi yang ada sekarang Partai Golkar versi Munas Bali
tidak dapat untuk mempertahankan pendapatnya. Arti dari ucapan Rizal itu
di saat Partai Golkar memiliki dua lisme kepengurusan Partai Golkar
versi Munas Bali haruslah bijak untuk mengambil keputusan dan bersikap.
Jika
melihat dari perkembangan komplik internal Partai Golkar yang semakin
memanas, Posisi ARB sebagai Ketua Umum Partai Golkar vesi Munas Bali
nampaknya akan semakin melemah. Sementara posisi Agung Laksono sebagai
Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol terlihat semakin menguat,
karena dalam kepengurusan Partai Golkar versi Munas Ancol di isi oleh
kader kader muda Partai Golkar.
Dengan
potensi kader kader muda Partai Golkar yang ada di dalam kepengurusan
Partai Golkar versi Munas Anco,l membuat posisi Agung Laksono sebagai
Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Jakarta semakin menguat. Dan
itu terlihat dari stetmen stetmen yang di keluarkan oleh Agung Lanksono yang membuat nyali ARB semakin menciut.
Kantor
DPP partai Golkar pusat sampai saat ini masih di duduki oleh kelompok
pengurus Partai Golkar versi Munas Ancol. Para pengurus Partai Golkar
versi Munas Ancol melarang kubu ARB untuk masuk kedalam kantor. Dalam
hal ini kelompok ARB yang menghimpun kader kader tua di Partai Golkar
hanya dapat pasrah atas sikap yang di perlihatkan oleh kubu Agung
laksono.
Persoalan kisruh di internal
Partai Golkar ini nampaknya tidak akan selesai dalam waktu yang
singkat, tapi akan memakan waktu yang cukup lama, karena kedua belah
pihak yang berseteru masing masing mengklaim bahwa kepengurusan yang
mereka bentuk lah yang benar sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) partai.
Dari kisruh yang terjadi di kubu Partai Golkar ini, tentu
melahirkan suatu pertanyaan. Kenapa masing masing kubu belum ada yang
membawa masalah dualisme kepengurusan Partai Golkar ini ke pengadilan
untuk mencari keabsahan hukum pengurus kubu mana yang syah menurut
hukum. Sementara pemerintah sendiri belum memberikan putusannya untuk
mengakui dari dua lisme kepengurusan di tubuh partai Golkar yang harus
di akui.
Akibat
terjadinya perang bintang antara ARB dengan Agung laksono berdampak
kepada pengurus partai Golkar yang berada di daerah. Pekerjaan partai
yang di lakukan oleh pengurus Partai Golkar di daerah jelas terganggu,
karena mereka tidak dapat untuk melakukan pelaporan atas kenirja yang
mereka lakukan di daerah. Dan tidak tertutup pula kemungkinan akan lahir
pula dualisme kepengurusan Partai Golkar di daerah. Maka jika ini
sempat terjadi, posisi Partai Golkar sebagai partai peserta Pemilihan
umum Legeslatif akan semakin kisruh.
Jalan
satu satunya untuk menyelesaikan kisruh di Internal Partai Golkar ini
adalah kedua belah pihak untuk bermusyawarah kembali, membentuk Panitia
Musyawarh Nasional Luar Biasa (Munaslub) karena islah untuk
bermusyawarah tanpa melalui Munaslub nampaknya sulit untuk di tempuh.
Pemerintah di harapkan dapat mempasilitasi pertemuan kedua belah kubu
untuk melakukan Munaslub.
Jika
Munaslub terjadi. ARB dan Agung Laksono di minta tidak muncul sebagai
calon Ketua. Biarlah para kader kader muda Partai Golkar yang tampil
menjadi calon ketua. Dengan demikian pelaksanaan Munaslup partai Golkar
akan berjalan dengan fair, tanpa ada indikasi Money Politik (Politik
Uang) dan intimidasi. Itupun jika para kader muda Golkar menginginkan
partai Golkar merupakan Partai yang tetap menjadi Partai besar di
Indonesia.


0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda